Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan Pendapat Staf Gedung Putih Terkait Konflik Gaza Kian Meruncing

Kompas.com - 07/01/2024, 17:45 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Perbedaan pendapat di dalam pemerintahan Biden atas kebijakan Gaza yang dikeluarkan presiden semakin meningkat.

Muncul kabar pengunduran diri seorang pejabat Kementerian Pendidikan minggu ini.

Surat yang ditandatangani oleh lebih dari selusin staf kampanye Biden juga menyerukan gencatan senjata dan pengkondisian bantuan untuk Israel.

Baca juga: Israel Kembali Menyerang, PBB: Wilayah Gaza Tak Dapat Dihuni Lagi

"Ini adalah tingkat perbedaan pendapat yang sangat luar biasa," kata Josh Paul, seorang pejabat karir yang menangani penjualan senjata di kementerian luar negeri yang mengundurkan diri sebagai protes pada Oktober, mengenai tanda-tanda ketidakpuasan yang meningkat.

"Saya mendengar dalam beberapa minggu terakhir ini dari orang-orang yang berpikir lebih serius untuk mengundurkan diri," tambahnya.

Dilansir dari Reuters, Tariq Habash, pejabat Kementerian Pendidikan, juga mengatakan bahwa dia telah mendengar dari lebih banyak pejabat daripada yang dia perkirakan yang merenungkan jalan keluar mereka sendiri.

"Hal ini menunjukkan adanya pergeseran yang terus berlanjut dan kekhawatiran tentang kebijakan kami saat ini," katanya. "Saya harap ini beresonansi dengan presiden dan orang-orang yang membuat keputusan kebijakan tentang masalah ini yang mempengaruhi jutaan nyawa."

Habash, yang merupakan warga Amerika keturunan Palestina, adalah orang pertama yang ditunjuk secara politis dari pemerintahan Biden yang menyampaikan pengunduran dirinya kepada media dan menerbitkan surat terbuka.

"Saya tidak bisa tinggal diam ketika pemerintahan ini menutup mata terhadap kekejaman yang dilakukan terhadap nyawa orang Palestina yang tidak bersalah," tulisnya dalam surat terbuka yang mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatannya sebagai penasihat kantor perencanaan kebijakan.

Dalam surat tersebut, dia keberatan dengan presiden yang tidak menekan Israel untuk menghentikan taktik hukuman kolektif yang kejam dan berkelanjutan yang telah menyebabkan krisis kemanusiaan di Gaza.

Baca juga: Israel Terus Berusaha Tenangkan AS Terkait Konflik Gaza

Dia juga mempermasalahkan pengulangan para pemimpin pemerintahan atas klaim-klaim yang tidak terverifikasi yang secara sistemik merendahkan martabat warga Palestina.

Sehari sebelum Habash berhenti, 17 staf kampanye saat ini secara anonim menyerukan gencatan senjata dan mengkondisikan bantuan militer ke Israel.

Baca juga: PM Skotlandia Sebut Israel Lakukan Pembersihan Etnis di Gaza

Surat mereka mendesak Biden untuk mengambil langkah konkret untuk mengakhiri kondisi apartheid, pendudukan, dan pembersihan etnis yang merupakan akar penyebab konflik ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com