"Masalah ini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan anak dan ibu. Kami khawatir infeksi saluran pernapasan parah kemungkinan besar disebabkan oleh paparan badai debu yang berkepanjangan, tempat penampungan yang tertutup asap, orang sakit lainnya, dan cuaca yang sangat dingin," ungkap dia kepada The Independent.
Malik juga menjelaskan, Inggris memangkas lebih dari setengah bantuan untuk Afghanistan yang secara langsung berdampak pada warga.
Kini, jutaan warga Afghanistan yang kembali dari Pakistan menghadapi situasi yang sulit, seperti jadi tunawisma, kemiskinan, penyakit, serta nasib yang tidak pasti di bawah rezim Taliban.
Dari jumlah tersebut, perempuan dan anak-anak adalah kelompok yang paling rentan, dan kini menunjukkan gejala-gejala trauma yang mendalam.
"Banyak keluarga pengungsi yang kembali menyadari bahwa mereka tidak punya tempat tinggal dan tidak punya uang untuk makan. Mereka kini harus tinggal di tempat penampungan dalam situasi yang menyedihkan," kata Malik.
Sementara itu, perempuan hamil dan menyusui tidak mampu mengatasinya karena layanan yang diberikan tidak memadai bagi para pengungsi.
Baca juga: Mesir Tengahi Gencatan Senjata di Gaza, tapi Israel-Hamas Bersikeras dengan Tuntutannya
Bahkan ketika diminta untuk segera ke pusat kesehatan terdekat yang jaraknya sangat jauh dari lokasi kamp pengungsi, mereka tidak mampu.
"Ada kebutuhan mendesak untuk menyediakan pakaian hangat untuk anak-anak, serta barang-barang yang diperlukan seperti pembalut dan perlengkapan kebersihan pribadi untuk remaja putri. Barang-barang ini penting untuk mengurangi risiko kesehatan yang berdampak pada perempuan dan anak-anak," tandas Malik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.