Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lesatan Industri Antariksa Swasta di India

Kompas.com - 02/11/2023, 14:37 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: AFP/VOA Indonesia

NEW DELHI, KOMPAS.com - Ketika pengusaha India Awais Ahmed mendirikan perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di industri satelit di Bangalore pada 2019, negaranya masih menutup sektor antariksa bagi swasta.

Namun, akhirnya setahun setelahnya Pemerintah India memutuskan membuka pintu bagi pihak swasta untuk turut bergiat di industri tersebut.

“Saat kami memulainya, sama sekali tidak ada dukungan, tidak ada momentum,” kata Ahmed, ketika mendirikan Pixxel, sebuah perusahaan yang menyebarkan konstelasi satelit pencitraan Bumi.

Baca juga: Ketika Beckham dan Ronaldo Tampil di Asian Games untuk India...

Sejak itu, sektor luar angkasa swasta mulai berkembang di India, mengekor pasar global yang berkembang pesat.

Saat ini terdapat 190 perusahaan rintisan luar angkasa di India, dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, dengan investasi swasta melonjak sebesar 77 persen antara 2021 dan 2022, menurut perusahaan konsultan Deloitte.

Penjelajah Chandrayaan-3 saat bermanuver dari pendarat Bulan ke permukaan Bulan. India mulai menjelajahi permukaan Bulan dengan kendaraan penjelajah pada 24 Agustus.ISRO via VOA INDONESIA Penjelajah Chandrayaan-3 saat bermanuver dari pendarat Bulan ke permukaan Bulan. India mulai menjelajahi permukaan Bulan dengan kendaraan penjelajah pada 24 Agustus.
“Banyak investor India tidak mau melirik teknologi luar angkasa, karena sebelumnya risikonya terlalu besar,” kata Ahmed dalam wawancara dengan AFP.

“Sekarang Anda dapat melihat semakin banyak perusahaan meningkatkan investasi di India, dan sekarang semakin banyak perusahaan yang mulai bermunculan,” tambahnya.

Pixxel membuat satelit pencitraan hiperspektral--teknologi yang menangkap spektrum cahaya luas untuk memberikan detail yang tidak terlihat oleh kamera biasa.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka mempunyai misi untuk membangun "pemantau kesehatan bagi planet ini" di mana mereka dapat melacak risiko pemanasan iklim seperti banjir, kebakaran hutan, atau kebocoran gas metana.

Pixxel awalnya berusaha menggunakan roket dari Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (Indian Space Research Organisation/ISRO) yang dikelola negara.

“Saya ingat pernah berbincang dengan seseorang di ISRO. Kami mencoba untuk menjadwalkan peluncuran dan mereka berkata, 'Begini, kami bahkan tidak memiliki prosedur untuk meluncurkan satelit India. Namun jika Anda adalah perusahaan asing, maka pada dasarnya ada proses', yang tidak masuk akal ketika kami memulainya," kata Ahmed.

Pixxel akhirnya harus menyewa perusahaan roket AS SpaceX untuk meluncurkan dua satelit pertamanya.

Pixxel berhasil mengantongi dana 71 juta dollar AS (Rp 1,12 triliun) dari investor, termasuk 36 juta dollar AS (Rp 570,6 miliar) dari Google, yang akan memungkinkan perusahaan meluncurkan enam satelit lagi tahun depan.

Perusahaan rintisan ini juga telah memenangkan kontrak dengan agen mata-mata AS, Kantor Pengintaian Nasional, untuk menyediakan gambar hiperspektral.

Baca juga: India Luncurkan Satelit Aditya-L1 untuk Pelajari Matahari

Para wartawan India meliput perkembangan pendarat bulan Vikram dari fasilitas Organisasi Penelitian Antariksa India (ISRO) di Bangalore, 6 September 2019.AFP via VOA INDONESIA Para wartawan India meliput perkembangan pendarat bulan Vikram dari fasilitas Organisasi Penelitian Antariksa India (ISRO) di Bangalore, 6 September 2019.
Anggaran rendah

Sebelum pembukaan sektor ini pada 2020, "seluruh aktivitas antariksa India berada di bawah pengawasan badan antariksa ISRO, yang mengelola segala sesuatu dengan mutlak," kata Isabelle Sourbes-Verger, seorang ahli sektor antariksa India di Centre National de la Recherche Scientifique Prancis.

Anggaran ISRO masih relatif kecil, yaitu sebesar 1,9 miliar dollar AS (Rp 30,11 triliun) pada 2022, enam kali lebih kecil dibandingkan program luar angkasa China.

Meskipun sumber dayanya terbatas, program luar angkasa India telah mencapai kemajuan besar, yang berpuncak pada pendaratan kendaraan penjelajah di kutub selatan Bulan yang belum dijelajahi sebelumnya oleh negara manapun pada Agustus.

Negara tersebut juga meluncurkan penyelidikan ke arah Matahari pada awal bulan ini dan sedang mempersiapkan misi berawak selama tiga hari ke orbit Bumi pada tahun depan.

Sebelum reformasi, perusahaan swasta hanya dapat bertindak sebagai pemasok bagi badan tersebut.

“Hal ini tidak lagi dapat dipertahankan karena terlalu banyak yang harus dilakukan,” kata Sourbes-Verger.

India memperdalam reformasi sektor ini pada April, dengan meluncurkan kebijakan antariksa baru yang membatasi pekerjaan ISRO pada penelitian dan pengembangan sekaligus mendorong “partisipasi sektor swasta yang lebih besar dalam seluruh rantai nilai Ekonomi Antariksa.”

India menyatakan bahwa negara ini menyumbang dua persen dari perekonomian antariksa global senilai 386 miliar dollar AS (Rp 6,11 kuadriliun), dan diharapkan akan meningkat menjadi sembilan persen pada 2030. Pasar ini diperkirakan akan tumbuh hingga 1 triliun dollar AS (Rp 15,84 kuadriliun) pada 2040.

Baca juga: Alasan Kenapa India Ingin Ganti Nama Jadi Bharat

Orang-orang menonton siaran langsung pendaratan pesawat ruang angkasa Chandrayaan-3 di Bulan, di dalam auditorium Gujarat Science City di Ahmedabad, India, 23 Agustus 2023.REUTERS/AMIT DAVE via VOA INDONESIA Orang-orang menonton siaran langsung pendaratan pesawat ruang angkasa Chandrayaan-3 di Bulan, di dalam auditorium Gujarat Science City di Ahmedabad, India, 23 Agustus 2023.
Beberapa batasan

Perusahaan-perusahaan India memiliki keunggulan dalam hal biaya karena negara tersebut memiliki banyak insinyur berkualifikasi tinggi dengan gaji lebih rendah dibandingkan rekan-rekan mereka di luar negeri.

Perusahaan rintisan India lainnya yang muncul dalam beberapa tahun terakhir termasuk Skyroot Aerospace, perusahaan India pertama yang meluncurkan roket swasta.

Dhruva Space mengembangkan satelit kecil sementara Bellatrix Aerospace berspesialisasi dalam sistem propulsi untuk satelit.

“Apakah hal ini benar-benar akan menciptakan tatanan industri yang dinamis dan menguntungkan? Mungkin, tetapi tidak diragukan lagi, dengan beberapa batasan,” kata Sourbes-Verger.

India belum rampung dalam melakukan reformasi terhadap sektor ini. Undang-undang lain diperkirakan akan disahkan dalam beberapa minggu mendatang untuk membuka industri tersebut bagi investasi asing.

Baca juga: Sejarah Kenapa India Disebut Vrindavan

Artikel ini pernah dimuat di VOA Indonesia dengan judul Industri Antariksa Swasta India Terus Melesat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com