Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel Serang Kamp Pengungsi Gaza, Klaim Tewaskan Komandan Hamas

Kompas.com - 01/11/2023, 18:36 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: DW Indonesia

GAZA, KOMPAS.com - Serangan udara Israel menghantam sebuah kamp pengungsi di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 50 warga sipil Palestina dan seorang komandan Hamas, sedangkan 150 orang lainnya terluka.

Para petugas medis tengah berjuang keras untuk merawat para korban hingga harus mendirikan ruang operasi di koridor-koridor rumah sakit.

Tank-tank militer Israel terlihat aktif di Jalur Gaza, setidaknya selama empat hari setelah serangan udara berminggu-minggu, imbas pembalasan atas serangan Hamas terhadap sebagian besar warga sipil Israel pada tanggal 7 Oktober lalu, yang juga menyandera lebih dari 200 orang.

Baca juga: Apa Tujuan Akhir Invasi Darat Israel ke Gaza?

Hamas bantah klaim Israel

Sebuah pernyataan dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa serangan jet-jet tempur di Jabalia, kamp pengungsi terbesar di Jalur Gaza, menewaskan Ibrahim Biari.

"Dia sangat penting, bahkan bisa saya katakan sangat penting dalam perencanaan dan pelaksanaan pada serangan 7 Oktober lalu terhadap Israel dari bagian timur laut Jalur Gaza," ungkap juru bicara IDF, Letnan Kolonel Jonathan Conricus.

Puluhan anggota Hamas tengah berada di kompleks terowongan bawah tanah yang sama dengan Biari dan terbunuh seketika terowongan itu runtuh dalam serangan tersebut, kata Conricus.

"Dan saya memahami bahwa itu juga alasan mengapa ada banyak laporan tentang kerusakan tambahan dan korban nonperang. Kami juga sedang menyelidiki hal itu," tambahnya.

Sementara, juru bicara Hamas Hazem Qassem membantah bahwa ada komandan senior yang berada di terowongan itu dan menyebut klaim tersebut justru merupakan dalih pihak Israel untuk membunuh banyak warga sipil.

Hamas mengatakan bahwa setidaknya 400 orang tewas di Jabalia, yang merupakan tempat tinggal para pengungsi perang sejak tahun 1948. Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen berapa jumlah pasti korban yang dilaporkan.

Israel mengeklaim telah mengirimkan peringatan berulang kali kepada penduduk Gaza untuk mengungsi dari wilayah utara. Meskipun banyak warga sipil yang pergi ke selatan, tetapi masih banyak juga yang tidak mengungsi.

Petugas medis kewalahan menangani pasien yang terus berdatangan, sedangkan obat-obatan terus menipis.GETTY IMAGES via DW INDONESIA Petugas medis kewalahan menangani pasien yang terus berdatangan, sedangkan obat-obatan terus menipis.
Krisis kesehatan melanda warga Gaza

Generator listrik di Kompleks Medis Al Shifa dan Rumah Sakit Indonesia di Gaza akan berhenti beroperasi dalam beberapa jam ke depan, demikian ungkap Ashraf Al Qidra, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Selasa (31/10/2023).

Al Qidra meminta para pemilik pom bensin di Jaur Gaza atau wilayah sekitar untuk segera memasok bahan bakar ke kedua rumah sakit tersebut jika memungkinkan.

PBB dan pejabat dari badan bantuan lainnya mengatakan bahwa warga sipil Palestina yang terkepung itu dilanda krisis kesehatan, di mana rumah sakit berjuang sangat keras untuk merawat para korban, sedangkan pasokan listrik terus berkurang.

Persediaan obat-obatan semakin menipis, pemadaman listrik sering terjadi, dan guncangan serangan udara di dekat gedung-gedung rumah sakit menjadi kendala para dokter bedah Gaza yang bekerja siang dan malam untuk menyelamatkan pasien yang terus berdatangan.

Baca juga: FBI: Serangan Hamas Akan Menjadi Ancaman Terbesar AS Setelah ISIS

"Kami menangani (pasien) satu jam sekali, karena kami tidak tahu kapan kami akan menerima pasien. Beberapa kali kami harus menyiapkan ruang bedah di koridor dan bahkan terkadang di ruang tunggu rumah sakit," kata Dr Mohammed Al Run.

Hamas yang didukung oleh Iran, mengatakan kepada para mediator bahwa pihaknya akan membebaskan beberapa tawanan asing beberapa hari ke depan, ungkap Abu Ubaida, juru bicara kelompok bersenjata, Brigade Al-Qassam, dalam sebuah video di aplikasi Telegram pada Selasa (31/10).

Ubaida tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang berapa banyak jumlah tawanan yang akan dibebaskan.

Sementara itu, keluarga korban imbas serangan 7 Oktober lalu mengajukan banding ke Mahkamah Pidana Internasional pada Selasa (31/10/2023) untuk meminta penyelidikan atas pembunuhan dan insiden penculikan tersebut.

Menlu AS Antony Blinken akan berkunjung ke Israel, membahas jalur penyelamatan untuk warga asing.XINHUA/LIU JIE via DW INDONESIA Menlu AS Antony Blinken akan berkunjung ke Israel, membahas jalur penyelamatan untuk warga asing.
"Kemajuan" dalam negosiasi mengamankan warga asing

Amerika Serikat (AS) telah membuat "kemajuan nyata" dalam beberapa jam terakhir atas negosiasinya untuk mengamankan jalur aman bagi warga Amerika dan warga negara asing lainnya yang ingin meninggalkan Gaza, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller.

Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken rencananya akan mengunjungi Israel pada Jumat (3/11/2023) untuk melakukan pertemuan dengan anggota delegasi Pemerintah AS di sana dan kemudian melakukan pemberhentian lain di wilayah konflik, kata departemen tersebut.

Sedangkan di Washington, sekelompok pengunjuk rasa mengangkat tangan bernoda merah untuk menginterupsi sidang dengar pendapat di Kongres tentang pemberian lebih banyak bantuan untuk Israel.

Para demonstran meneriakkan slogan-slogan seperti, "Gencatan senjata sekarang juga!", "Lindungi anak-anak Gaza!", hingga "Hentikan pendanaan genosida." Polisi setempat akhirnya mengeluarkan mereka secara paksa dari ruangan sidang.

AS, Qatar, dan Mesir telah berusaha keras untuk membuka penyeberangan Rafah di Mesir, agar memungkinkan orang dan bantuan internasional masuk, sekaligus jalur penyelamatan bagi para warga asing untuk pergi meninggalkan Haza.

Pihak berwenang Mesir akan mengizinkan 81 warga yang terluka parah dalam beberapa minggu gempuran serangan udara di Jalur Gaza, untuk memasuki wilayah Mesir pada Rabu (1/11/2023) agar dapat mendapatkan perawatan yang layak, kata otoritas perbatasan Palestina.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan "jeda kemanusiaan” oleh banyak negara internasional, untuk memungkinkan pengiriman bantuan darurat kepada warga sipil yang menderita kekurangan makanan, obat-obatan, air minum, dan bahan bakar.

Netanyahu telah bertekad untuk terus maju dengan rencana utama memusnahkan kelompok Hamas, yang mengambil alih Jalur Gaza pada tahun 2007.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Perbatasan Rafah, Jalur Penyelamat Warga Gaza

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Israel Gempur Kamp Pengungsi Gaza, Tewaskan Komandan Hamas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com