Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Saja Para Pemimpin Hamas?

Kompas.com - 16/10/2023, 20:00 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Ismail Haniyeh

Ismail Abdel Salam Haniyeh, yang akrab dipanggil Abu Al-Abd, lahir di kamp pengungsi Palestina. Dia adalah kepala biro politik gerakan Hamas dan perdana menteri pemerintahan Palestina yang kesepuluh. Ia menjabat sebagai perdana menteri Palestina sejak tahun 2006.

Israel memenjarakan Haniyeh pada tahun 1989 selama tiga tahun. Setelah itu dia diasingkan ke Marj al-Zuhur – tanah tak bertuan antara Israel dan Lebanon – bersama sejumlah pemimpin Hamas, di mana ia menghabiskan setahun penuh hidup dalam kondisi genting pada tahun 1992.

Setelah masa pengasingan, Haniyeh kembali ke Gaza. Pada tahun 1997 dia diangkat menjadi kepala kantor Sheikh Ahmed Yassin, pemimpin spiritual gerakan Hamas, yang memperkuat posisinya.

Baca juga: Perang Israel-Hamas Jadi Ujian Diplomasi Bagi China dan India

Pada 16 Februari 2006, Hamas mencalonkannya sebagai perdana menteri Palestina, dan dia diangkat untuk duduk pada posisi itu empat hari setelahnya.

Satu tahun kemudian, Haniyeh diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden Otoritas Nasional Palestina, Mahmoud Abbas. Pencopotan ini terjadi usai Brigade Izz al-Din al-Qassam menguasai Jalur Gaza, mengusir perwakilan gerakan Fatah pimpinan Abbas dalam kekerasan berdurasi satu pekan yang memakan banyak korban jiwa.

Haniyeh menolak dipecatan dan menyebutnya sebagai upaya inkonstitusional. Dia berkata, “pemerintahannya akan melanjutkan tugasnya dan tidak mengabaikan tanggung jawab nasionalnya terhadap rakyat Palestina."

Haniyeh telah beberapa kali menyerukan rekonsiliasi dengan gerakan Fatah. Pada 6 Mei 2017, dia terpilih sebagai kepala Biro Politik Hamas.

Khaled Meshaal

Khaled Meshaal 'Abu Al-Walid' lahir di desa Silwad di Tepi Barat pada tahun 1956. Ia menerima pendidikan dasar di sana sebelum bersama keluarganya berimigrasi ke Kuwait. Di Kuwait, ia menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah.

Meshaal dianggap sebagai salah satu pendiri gerakan Hamas, dan telah menjadi anggota biro politik sejak organisasi itu didirikan. Dia menjabat sebagai presiden biro politik gerakan tersebut antara tahun 1996 dan 2017 dan diangkat sebagai pemimpinnya setelah kematian Sheikh Ahmed Yassin pada tahun 2004.

Pada tahun 1997, agen mata-mata Israel Mossad berusaha membunuhnya di bawah instruksi langsung dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Sebanyak 10 agen Mossad memasuki Yordania dengan paspor Kanada palsu. Khaled Meshaal, yang saat itu merupakan warga berkebangsaan Yordania, disuntik dengan zat beracun saat berjalan di sepanjang jalan di ibu kota, Amman.

Pihak berwenang Yordania mengetahui upaya pembunuhan tersebut dan menangkap dua anggota Mossad yang terlibat.

Mendiang Raja Hussein dari Yordania meminta Perdana Menteri Israel untuk memberikan penawar racun yang disuntikkan Meshaal, namun Netanyahu awalnya menolak permintaan tersebut.

Upaya untuk membunuh Meshaal politis karena campur tangan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton, yang memaksa Netanyahu untuk memberikan penawar racun.

Meshaal mengunjungi Jalur Gaza untuk pertama kalinya pada 7 Desember 2012. Kunjungannya merupakan yang pertama ke wilayah Palestina sejak dia berusia 11 tahun.

Dia diterima oleh para pemimpin faksi dan nasional Palestina setibanya di penyeberangan Rafah dan kerumunan orang Palestina keluar untuk menyambutnya di sepanjang jalan sampai dia tiba di kota Gaza.

Pada tanggal 6 Mei 2017, Dewan Syura gerakan tersebut memilih Ismail Haniyeh untuk menjabat kepala biro politik Hamas.

Mahmoud Zahar

Mahmoud Zahar lahir pada tahun 1945 di Kota Gaza. Ayahnya berasal dari Palestina sementara ibunya berkewarganegaraan Mesir. Dia menghabiskan masa kecil di kota Ismailia, Mesir.

Zahar menempuh pendidikan dasar, menengah, dan menengah di Gaza. Ia memperoleh gelar sarjana kedokteran umum dari Universitas Ain Shams di Kairo pada tahun 1971, kemudian gelar master di bidang bedah umum pada tahun 1976.

Setelah lulus, ia bekerja sebagai dokter di rumah sakit di Gaza dan Khan Younis hingga pemerintah Israel memecatnya karena posisi politiknya.

Zahar dianggap sebagai salah satu pemimpin Hamas yang paling terkemuka, dan anggota kepemimpinan politik gerakan tersebut.

Mahmoud Zahar ditahan di penjara Israel selama enam bulan pada tahun 1988, enam bulan setelah berdirinya gerakan Hamas. Dia termasuk di antara mereka yang dideportasi oleh Israel ke Marj Al-Zuhur pada tahun 1992, di mana dia menghabiskan satu tahun penuh.

Saat gerakan Hamas memenangkan mayoritas dalam pemilihan legislatif pada tahun 2005, Zahar mengambil alih Kementerian Luar Negeri dalam pemerintahan yang dibentuk oleh Perdana Menteri Ismail Haniyeh, sebelum Presiden Mahmoud Abbas mengumumkan pembubaran pemerintah setelah peristiwa yang menyebabkan perpecahan Palestina.

Israel berusaha membunuh Zahar pada tahun 2003, ketika sebuah pesawat F-16 menjatuhkan bom – yang diyakini berbobot setengah ton – di rumahnya di lingkungan Rimal di Kota Gaza. Serangan itu menyebabkan dia mengalami luka ringan, namun menewaskan putra sulungnya, Khaled.

Pada tanggal 15 Januari 2008, putra keduanya, Hossam, yang merupakan anggota Brigade Qassam, adalah salah satu dari 18 orang yang tewas dalam serangan Israel di timur Gaza.

Zahar telah menulis karya intelektual, politik, dan sastra, antara lain yang berjudul The Problem of Our Contemporary Society... A Quranic Study, No Place Under the Sun yang merupakan tanggapan terhadap buku karya Benjamin Netanyahu, dan sebuah novel berjudul On trotoar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com