Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Saja Para Pemimpin Hamas?

Kompas.com - 16/10/2023, 20:00 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Otoritas Palestina kemudian menangkapnya pada tahun 1997, dan dia baru dibebaskan setelah pecahnya apa yang dikenal sebagai "Intifada Al-Aqsa" pada tahun 2000.

Setelah dibebaskan dari penjara, Issa memainkan peran penting dalam mengembangkan sistem militer di Brigade Al-Qassam.

Karena perannya yang menonjol dalam gerakan tersebut, Issa masuk dalam daftar paling dicari Israel. Israel berusaha membunuhnya dalam pertemuan staf umum pada tahun 2006 dengan Deif dan para pemimpin utama Brigade Al-Qassam. Issa terluka, tapi tujuan Israel untuk membunuhnya tidak tercapai.

Pesawat tempur Israel juga menghancurkan rumahnya selama invasi Gaza pada tahun 2014 dan 2021. Saudara laki-lakinya tewas dalam serangan tersebut.

Wajah Issa tidak diketahui publik sampai tahun 2011. Wajahnya baru muncul ke media massa ketika dia muncul dalam foto grup yang diambil saat resepsi proses pertukaran tahanan Palestina dan tentara Israel, Gilad Shalit.

Laki-laki yang juga dikenal dengan nama samaran Abu Al-Baraa ini berperan dalam merencanakan serangan dalam berbagai pertempuran, dari operasi “Batu Serpih” pada tahun 2012 hingga “Banjir Al-Aqsa” pada tahun 2023.

Memiliki jaringan di akar rumput, menguasai intelijen dan teknis, tingkat perencanaan yang terorganisir dan tepat, serta fokus pada penyerbuan pemukiman dan markas keamanan adalah berbagai hal yang melekat pada sosoknya.

Yahya Sinwar

Kepala biro politik Hamas di Jalur Gaza, Yahya Ibrahim Al-Sinwar, lahir pada tahun 1962.

Dia adalah pendiri dinas keamanan Hamas, yang dikenal dengan julukan “Majd,” yang mengelola masalah keamanan dalam negeri, seperti menyelidiki tersangka agen Israel serta melacak petugas intelijen dan badan keamanan Israel.

Sinwar beberapa kali ditangkap Israel. Yang pertama pada tahun 1982 dan pada suatu peristiwa saat pasukan Israel menahannya secara administratif selama empat bulan.

Pada tahun 1988, Israel menangkap Sinwar untuk ketiga kalinya. Dia dijatuhi hukuman empat kali penjara seumur hidup.

Saat Sinwar menjalani hukuman penjara, tank Israel yang dioperasikan Gilad Shalit ditembak serangan rudal Hamas. Tentara Israel itu lalu disandera oleh Hamas. Shalit disebut sebagai sosok yang disenangi oleh semua orang Israel. Oleh karena alasan itu, Israel disebut harus melakukan apa pun untuk membebaskannya.

Baca juga: UPDATE Perang Hamas-Israel, 3.629 Orang Tewas, 12.941 Terluka

Pembebasan ini terjadi melalui kesepakatan pertukaran tahanan yang disebut perlawanan “Loyalitas Kebebasan”, yang mencakup banyak tahanan dari gerakan Fatah dan Hamas. Salah satu tahanan asal Palestina yang turut ditukar dengan Shalit adalah Yahya Sinwar, yang dibebaskan pada tahun 2011.

Setelah bebas, Sinwar kembali ke posisinya sebagai pemimpin terkemuka gerakan Hamas dan anggota biro politiknya.

Pada bulan September 2015, AS memasukkan nama Sinwar ke dalam apa yang mereka sebut sebagai daftar hitam “teroris internasional”.

Pada 13 Februari 2017, Sinwar terpilih sebagai kepala biro politik gerakan tersebut di Jalur Gaza, menggantikan Ismail Haniyeh.

Abdullah Barghouti

Barghouti lahir di Kuwait pada tahun 1972. Dia pindah ke Yordania setelah Perang Teluk Kedua pada tahun 1990. Dia memegang kewarganegaraan Yordania, sebelum terdaftar menjadi mahasiswa di sebuah universitas di Korea Selatan untuk belajar teknik elektronik selama tiga tahun. Pendidikan itu menjadi dasar keahliannya membuat bahan peledak.

Barghouti tidak menyelesaikan studinya karena mendapat izin masuk ke Palestina.

Tak satu pun dari orang-orang di sekitarnya yang mengetahui kemampuannya di bidang pembuatan bahan peledak, hingga suatu hari ia membawa sepupunya, Bilal Al-Barghouthi, ke daerah terpencil di Tepi Barat dan menunjukkan keahliannya.

Bilal menceritakan komandannya apa yang dilihatnya. Abdullah Barghouthi lantas diundang untuk bergabung dengan barisan Brigade Al-Qassam.

Laki-laki ini bekerja memproduksi alat peledak dan memproduksi zat beracun dari kentang serta memproduksi detonator. Barghouti mendirikan pabrik khusus manufaktur militer di sebuah gudang di kotanya.

Barghouti ditangkap pada tahun 2003 secara kebetulan oleh pasukan khusus Israel. Dia menghabiskan tiga bulan di interogasi.

Barghouti dianggap bertanggung jawab atas puluhan kematian warga Israel. Dalam persidangan keduanya, banyak anggota keluarga korban hadir.

Dia dijatuhi hukuman terlama dalam sejarah Israel -bahkan mungkin hukuman penjara terlama yang pernah ada- dengan 67 hukuman seumur hidup ditambah 5.200 tahun penjara.

Barghouti ditahan di sel isolasi selama beberapa waktu, namun dia melakukan mogok makan yang mengakhiri hukuman tersebut.

Barghouti dijuluki “Pangeran Bayangan” karena sebuah buku yang ditulisnya dari dalam penjara dengan nama tersebut.

Dalam buku tersebut dia berbicara tentang kehidupannya dan rincian operasi yang dia lakukan dengan tahanan lain, antara lain tentang bagaimana dia mendapatkan bahan peledak melalui pos pemeriksaan militer Israel serta bagaimana dia melakukan operasi pengeboman jarak jauh.

Sosok yang dikenal sebagai insinyur ini bekerja pada produksi alat peledak dan bahan beracun dari kentang. Dia disebut juga memproduksi detonator.AFP via BBC NEWS INDONESIA Sosok yang dikenal sebagai insinyur ini bekerja pada produksi alat peledak dan bahan beracun dari kentang. Dia disebut juga memproduksi detonator.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com