BAKU, KOMPAS.com - Azerbaijan mengirim pasukan yang didukung oleh serangan artileri ke Nagorno-Karabakh yang dikendalikan Armenia pada Selasa (19/9/2023).
Azerbaikan ingin membuat wilayah yang memisahkan diri itu tunduk secara paksa.
Oleh sejumlah pihak, operasi militer Azerbaijan tersebut dianggap dapat meningkatkan ancaman perang baru dengan negara tetangganya, Armenia.
Baca juga: Azerbaijan Lakukan Operasi Anti-Teror di Nagorno-Karabakh Lawan Armenia
Karabakh adalah sebuah daerah pegunungan di wilayah Kaukasus Selatan.
Daerah ini secara internasional diakui sebagai wilayah Azerbaijan. Namun, sebagian wilayahnya dikuasai oleh kelompok separatis Armenia yang mengatakan bahwa daerah itu adalah tanah leluhur mereka.
Karabakh telah menjadi pusat dari dua perang sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991. Perang terakhir terjadi pada 2020.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken meminta Azerbaijan untuk segera menghentikan operasinya, dengan mengatakan bahwa hal itu memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di Karabakh.
Uni Eropa, Perancis, dan Jerman juga mengutuk operasi militer Azerbaijan, dan menyerukan agar Azerbaijan kembali melakukan pembicaraan mengenai masa depan Karabakh dengan Armenia.
Sebagaimana diberitakan Reuters, tembakan keras dan berulang-ulang terdengar dari rekaman media sosial yang direkam pada Selasa di Stepanakert, ibu kota Karabakh, yang disebut Khankendi oleh Azerbaijan.
Baca juga: PM Armenia: Sangat Mungkin Ada Perang Baru Lawan Azerbaijan
Hikmet Hajiyev, penasihat kebijakan luar negeri Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, mengatakan Baku telah mengerahkan pasukan darat yang menurutnya telah menerobos garis Armenia di beberapa tempat dan mencapai beberapa tujuan utama mereka, sesuatu yang dibantah oleh pasukan separatis Armenia.
Sebuah pernyataan Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan, pasukan mereka sejauh ini telah merebut lebih dari 60 pos militer dan menghancurkan hingga 20 kendaraan militer dengan perangkat keras lainnya.
Otoritas separatis Karabakh mengatakan, 25 orang telah terbunuh, termasuk dua warga sipil, dan 138 lainnya terluka akibat aksi militer Baku. Disebutkan, penduduk beberapa desa telah dievakuasi.
Tidak jelas apakah tindakan Azerbaijan akan memicu konflik berskala besar di Armenia. Namun ada tanda-tanda kejatuhan politik di Yerevan di mana Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan telah berbicara mengenai seruan untuk melakukan kudeta terhadapnya.
Nikol Pashinyan adalah sosok yang dianggap terlalu pro-Barat oleh Rusia dan pendukung tradisional Armenia.
Beberapa warga Armenia berkumpul di Yerevan, ibu kota Armenia, untuk menuntut tindakan dari pemerintah di tengah laporan bentrokan kekerasan antara polisi dan kerumunan massa yang mengakibatkan cedera di kedua belah pihak.
Baca juga: Azerbaijan: Rusia Tak Penuhi Kewajiban Kesepakatan Gencatan Senjata Nagorno-Karabakh
Pertempuran di Karabakh dapat mengubah keseimbangan geopolitik di Kaukasus Selatan, yang dilintasi jalur pipa minyak dan gas, dan di mana Rusia berusaha untuk mempertahankan pengaruhnya dalam menghadapi aktivitas yang lebih besar dari Turkiye, yang mendukung Azerbaijan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.