WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Para ahli bedah AS yang mentransplantasikan ginjal babi yang dimodifikasi secara genetik ke pasien manusia dengan kondisi mati otak pada Kamis (14/9/2023), mengumumkan telah mengakhiri eksperimen selama 61 hari yang memecahkan rekor.
Prosedur eksperimental terbaru ini merupakan bagian dari bidang penelitian yang terus berkembang yang bertujuan untuk memajukan transplantasi lintas spesies, terutama menguji teknik ini pada tubuh yang telah disumbangkan untuk ilmu pengetahuan.
Ada lebih dari 103.000 orang yang menunggu transplantasi organ di Amerika Serikat, 88.000 di antaranya membutuhkan ginjal.
Baca juga: Ilmuwan China Berhasil Tumbuhkan Ginjal Berisi Sel Manusia pada Embrio Babi
"Kami telah belajar banyak selama dua bulan terakhir ini melalui pengamatan dan analisis yang cermat, dan ada alasan yang kuat untuk berharap di masa depan," kata Robert Montgomery, Direktur Institut Transplantasi Langone Universitas New York, yang memimpin operasi mulai Juli, dikutip dari AFP.
Itu adalah xenotransplantasi kelima yang dilakukan oleh Montgomery, yang juga melakukan transplantasi ginjal babi yang dimodifikasi secara genetik pertama di dunia pada September 2021.
Menjadi kabar baik, jaringan yang dikumpulkan selama penelitian menunjukkan adanya proses penolakan ringan, yang membutuhkan intensifikasi obat penekan imun.
Dengan "melumpuhkan" gen yang bertanggung jawab atas biomolekul yang disebut alpha-gal -target utama untuk antibodi manusia yang berkelana-, tim NYU Langone mampu menghentikan penolakan segera.
Babi donor dalam percobaan ini berasal dari kawanan babi yang dibudidayakan oleh perusahaan bioteknologi yang berbasis di Virginia, Revivicor.
Kawanan babi ini juga telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai sumber daging bagi orang-orang yang memiliki hipersensitivitas terhadap molekul alfa-gal, sebuah alergi yang disebabkan oleh gigitan kutu.
Baca juga: Tim Ilmuwan Cangkok Ginjal Babi di New York Akan Coba Transplantasi ke Pasien Hidup
Babi-babi ini dikembangbiakkan, bukan dikloning, yang berarti prosesnya dapat lebih mudah ditingkatkan.
Penelitian xenotransplantasi awal berfokus pada pengambilan organ dari primata. Misalnya, jantung babon ditransplantasikan ke bayi yang baru lahir yang dikenal sebagai "Baby Fae" pada tahun 1984, tetapi ia hanya bertahan hidup selama 20 hari.
Upaya saat ini berfokus pada babi, yang dianggap sebagai donor yang ideal untuk manusia karena ukuran organnya, pertumbuhannya yang cepat, dan jumlah anaknya yang banyak, serta fakta bahwa babi sudah dibesarkan sebagai sumber makanan.
Pada Januari 2022, para ahli bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland melakukan transplantasi babi ke manusia pertama di dunia pada pasien yang masih hidup. Kala itu melibatkan organ jantung.
Pasien tersebut meninggal dua bulan setelah tonggak sejarah tersebut, dengan kehadiran porcine cytomegalovirus di organ tersebut yang kemudian disalahkan.
Pekan lalu, para ilmuwan China menerbitkan sebuah makalah yang menunjukkan bahwa mereka telah berhasil menanamkan ginjal hibrida babi-manusia pada embrio babi, sebuah pendekatan alternatif yang juga berpotensi membantu mengatasi kekurangan donasi organ.
Namun, pengembangan ini menimbulkan masalah etika, terutama karena beberapa sel manusia juga ditemukan di otak babi, kata para ahli.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.