Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/09/2023, 20:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

 NEW DELHI, KOMPAS.com - Para ahli telah menyebar ke negara bagian Kerala, India selatan untuk mengumpulkan sampel cairan dari kelelawar dan pohon buah-buahan.

Semuanya dikumpulkan di wilayah di mana virus Nipah yang mematikan telah menewaskan dua orang dan tiga orang lainnya dinyatakan positif.

Negara bagian ini sedang berjuang melawan wabah keempat sejak tahun 2018 dari virus yang belum ada vaksinnya, dan menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh kelelawar, babi, atau manusia yang terinfeksi, menewaskan hingga 75 persen dari mereka yang terinfeksi.

Baca juga: India Catat 2 Kematian akibat Virus Nipah di Kerala

"Kami sedang menguji manusia ... dan pada saat yang sama para ahli mengumpulkan sampel cairan dari area hutan yang bisa menjadi titik penyebaran," kata Veena George, menteri kesehatan negara bagian itu, kepada Reuters.

Sampel air seni kelelawar, kotoran hewan, dan buah yang sudah setengah dimakan dikumpulkan dari Maruthonkara, desa tempat korban pertama tinggal, yang terletak di samping hutan seluas 300 acre (121 hektar) yang menjadi rumah bagi beberapa spesies kelelawar.

Kelelawar buah dari daerah tersebut telah dites positif mengidap virus Nipah selama wabah pada tahun 2018, yang merupakan wabah pertama di negara bagian tersebut.

"Kami berada dalam tahap kewaspadaan dan deteksi yang tinggi," kata George, seraya menambahkan bahwa 77 orang telah diidentifikasi berisiko tinggi terinfeksi.

Hampir 800 orang telah dites selama 48 jam terakhir di distrik Kozhikode di negara bagian tersebut, dengan dua orang dewasa dan seorang anak dirawat di rumah sakit untuk observasi setelah terbukti positif.

Kantor-kantor publik, gedung-gedung pemerintah, pusat-pusat pendidikan dan lembaga-lembaga keagamaan ditutup di sembilan desa di distrik tersebut, sementara transportasi umum ditangguhkan di daerah-daerah yang berisiko.

Negara bagian tetangga, Karnataka dan Tamil Nadu, telah memerintahkan tes bagi para pengunjung dari Kerala, dengan rencana untuk mengisolasi mereka yang menunjukkan gejala-gejala flu.

Baca juga: POPULER GLOBAL: India Waspadai Virus Nipah, Lebih Mematikan dari Covid-19 | Sirajuddin Haqqani Jadi Mendagri Afghanistan

Virus ini dapat menginfeksi berbagai jenis hewan, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebarannya. Virus ini dapat tertular melalui kontak langsung atau dengan mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1999 saat terjadi wabah penyakit di kalangan peternak babi dan orang-orang yang melakukan kontak dekat dengan hewan-hewan tersebut di Malaysia dan Singapura.

Wabah ini bersifat sporadis dan infeksi sebelumnya di Asia Selatan disebabkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi kotoran kelelawar.

Wabah Nipah pertama di Kerala menewaskan 21 dari 23 orang yang terinfeksi, sementara wabah berikutnya pada tahun 2019 dan 2021 menewaskan dua orang.

Baca juga: Virus Nipah Lebih Mematikan dari Covid-19, India Waspadai Wabahnya

Pada bulan Mei, investigasi Reuters menunjukkan beberapa bagian dari Kerala termasuk di antara tempat-tempat yang paling berisiko secara global untuk wabah virus kelelawar, karena pembukaan hutan untuk pembangunan membuat manusia dan satwa liar menjadi lebih dekat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Reuters

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

UNRWA Sebut Israel Berusaha Paksa Warga Gaza Masuk ke Mesir

UNRWA Sebut Israel Berusaha Paksa Warga Gaza Masuk ke Mesir

Global
Terperosok ke Lubang yang Sengaja Dibuat di Pantai, Pria Ini Terkubur dan Susah Ditolong

Terperosok ke Lubang yang Sengaja Dibuat di Pantai, Pria Ini Terkubur dan Susah Ditolong

Global
Singapura Setop Impor Unggas dari Sejumlah Negara karena Flu Burung

Singapura Setop Impor Unggas dari Sejumlah Negara karena Flu Burung

Global
10 Negara yang Belum Pernah Dijajah Bangsa Eropa

10 Negara yang Belum Pernah Dijajah Bangsa Eropa

Internasional
300 Pengungsi Rohingya Mendarat Lagi di Aceh, Ditemukan Tumpukan Kartu Pengungsi PBB

300 Pengungsi Rohingya Mendarat Lagi di Aceh, Ditemukan Tumpukan Kartu Pengungsi PBB

Global
Tak Mau Coblos Dirinya Sendiri, Calon Anggota Dewan di AS Ini Kalah karena Kurang Satu Suara

Tak Mau Coblos Dirinya Sendiri, Calon Anggota Dewan di AS Ini Kalah karena Kurang Satu Suara

Global
Wabah Kutu Busuk Mulai Merebak di Asia

Wabah Kutu Busuk Mulai Merebak di Asia

Global
Terungkap, Ini Lagu Terakhir yang Diputar Saat Kematian John Lennon

Terungkap, Ini Lagu Terakhir yang Diputar Saat Kematian John Lennon

Global
Puluhan Pria Palestina Ditelanjangi Tentara Israel, Begini Cerita Korban

Puluhan Pria Palestina Ditelanjangi Tentara Israel, Begini Cerita Korban

Global
Ini Alasan Tembok Besar China Dibangun

Ini Alasan Tembok Besar China Dibangun

Internasional
Israel: Serangan yang Tewaskan Jurnalis di Lebanon Terjadi di Zona Tempur Aktif

Israel: Serangan yang Tewaskan Jurnalis di Lebanon Terjadi di Zona Tempur Aktif

Global
Misteri Tomat yang Hilang di Stasiun Luar Angkasa Internasional Akhirnya Terpecahkan

Misteri Tomat yang Hilang di Stasiun Luar Angkasa Internasional Akhirnya Terpecahkan

Global
AS Setujui Penjualan Amunisi Darurat ke Israel

AS Setujui Penjualan Amunisi Darurat ke Israel

Global
Beri Pernyataan Menjurus Antisemitisme, Rektor Universitas Bergengsi AS Mundur

Beri Pernyataan Menjurus Antisemitisme, Rektor Universitas Bergengsi AS Mundur

Global
Rangkuman Hari Ke-654 Serangan Rusia ke Ukraina: Perundingan Damai Tak Realistis | Gelombang Rudal Rusia

Rangkuman Hari Ke-654 Serangan Rusia ke Ukraina: Perundingan Damai Tak Realistis | Gelombang Rudal Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com