KYIV, KOMPAS.com – Masih ada beberapa hal baru yang terjadi mewarnai perang Rusia-Ukraina hari ke-566 pada Selasa (12/9/2023).
Ini termasuk, Presiden Vladimir Putin mengesampingkan pelemahan mata uang rubel Rusia, ketika Moskwa tengah menanggung dampak ekonomi dari serangannya yang berlarut-larut di Ukraina dan meningkatnya inflasi.
Sementara itu, Romania mengumumkan telah mulai membangun tempat perlindungan dari serangan udara bagi penduduk di dekat perbatasan Ukraina, setelah pecahan drone ditemukan di sana pekan lalu.
Untuk lebih lengkapnya, berikut rangkuman serangan Rusia ke Ukraina hari ke-566 yang dapat Anda simak:
Kereta yang membawa pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah memasuki Rusia pada Selasa.
Kantor berita pemerintah Rusia Ria Novosti melaporkan, kereta tersebut menyeberang ke wilayah Primorsky dari Korea Utara.
Sejumlah foto menunjukkan sebuah kereta dengan gerbong berwarna hijau tua ditarik di sepanjang rel oleh lokomotif Kereta Api Rusia.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan sebelumnya bahwa mereka yakin kereta Kim telah memasuki Rusia pada Selasa.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa mengesampingkan pengumuman para pejabat Ukraina bahwa angkatan bersenjata mereka akan segera menerima jet tempur F-16 dari sekutu-sekutu di Barat.
"Mereka akan mengirimkan F-16. Apakah ini akan mengubah sesuatu? Saya rasa tidak. Ini hanya akan memperpanjang konflik," kata Putin dalam sebuah forum ekonomi di Timur Jauh Rusia, dikutip dari AFP.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-564 Serangan Rusia ke Ukraina: 2 Pekerja Bantuan Tewas | Permintaan Erdogan
Presiden Vladimir Putin pada Selasa mengesampingkan pelemahan mata uang rubel Rusia, ketika Moskwa tengah menanggung dampak ekonomi dari serangannya yang berlarut-larut di Ukraina dan meningkatnya inflasi.
"Masalah ini membutuhkan penelitian yang melelahkan oleh bank sentral dan pemerintah Rusia serta otoritas keuangan," kata Putin di Forum Ekonomi Timur Rusia di Vladivostok.
"Namun secara umum saya tidak berpikir bahwa ada masalah atau kesulitan yang tidak dapat diatasi sama sekali di sini," tambahnya.
Presiden Vladimir Putin pada Selasa mengatakan, militer Rusia telah menambah lebih dari setengah juta orang dalam setahun terakhir, baik tentara wajib militer maupun sukarelawan, untuk bertempur di Ukraina.
Setelah gelombang pertama mobilisasi tahun lalu memicu gelombang emigrasi, Kremlin sejauh ini menahan diri untuk tidak mengumumkan wajib militer kedua, tetapi telah melakukan kampanye untuk merekrut sukarelawan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.