Menteri Luar Negeri India S Jaishankar juga menyebut klaim China “tidak masuk akal”
“China bahkan di masa lalu telah mengeluarkan peta yang mengklaim wilayah-wilayah yang bukan milik China, yang merupakan milik negara lain. Ini adalah kebiasaan lama mereka,” katanya kepada saluran TV NDTV pada Selasa (29/8/2023).
Protes India terjadi beberapa hari setelah Perdana Menteri Narendra Modi dan Presiden China Xi Jinping berbicara di sela-sela konferensi aliansi negara berkembang BRICS di Afrika Selatan.
Baca juga: Dari BRICS Menjadi BRICS+, Kelompok Ekonomi yang Kian Diminati Negara-negara Berkembang
India kerap bereaksi keras terhadap upaya China untuk mengklaim wilayahnya.
Sumber ketegangan antara kedua negara tetangga ini adalah sengketa perbatasan sepanjang 3.440 km (2.100 mil) di sepanjang Himalaya yang tidak memiliki batas yang jelas.
Kehadiran sungai, danau, dan hamparan salju membuat garis tersebut dapat berpindah di beberapa tempat.
Tentara dari kedua belah pihak saling berhadapan di banyak titik, yang kerap memicu ketegangan--terakhir kali terjadi pada bulan Desember silam ketika pasukan India dan China bentrok di sepanjang perbatasan di Tawang, Arunachal Pradesh.
Pada April, Delhi bereaksi tajam terhadap upaya China untuk mengganti nama 11 tempat di Arunachal Pradesh, dengan mengatakan bahwa negara bagian tersebut akan selalu menjadi “bagian integral dan tidak dapat dicabut dari India”.
Hubungan antara India dan China memburuk sejak tahun 2020, ketika pasukan mereka terlibat dalam bentrokan mematikan di lembah Galwan di Ladakh--ini merupakan konfrontasi fatal pertama antara kedua belah pihak sejak tahun 1975.