ISTANBUL, KOMPAS.com - Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan pada Senin mengatakan, akan mendukung usulan Swedia menjadi anggota NATO jika Uni Eropa melanjutkan pembicaraan keanggotaan yang telah lama terhenti dengan Ankara.
"Pertama, bukalah jalan menuju keanggotaan Turkiye di Uni Eropa, dan kemudian kami akan membukanya untuk Swedia, seperti halnya kami telah membukanya untuk Finlandia," kata Erdogan dalam sebuah penampilan di televisi, sebelum berangkat ke KTT NATO di Lituania.
Erdogan mengaku telah mengatakan hal itu kepada Presiden AS Joe Biden ketika berkesempatan berbicara melalui telepon pada Minggu (9.7/2023).
Baca juga: Erdogan Telepon Biden, Bahas Keanggotaan Swedia di NATO
Turkiye pertama kali mengajukan diri untuk menjadi anggota Masyarakat Ekonomi Eropa -pendahulu Uni Eropa- pada 1987.
Turkiye kemudian menjadi negara kandidat Uni Eropa pada 1999 dan secara resmi meluncurkan negosiasi keanggotaan dengan blok tersebut pada 2005.
Perundingan terhenti pada tahun 2016 karena kekhawatiran Eropa mengenai pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Turkiye.
"Saya ingin menggarisbawahi satu kenyataan. Turkiye telah menunggu di pintu depan Uni Eropa selama 50 tahun," kata Erdogan, sebagaimana dikutip dari AFP.
"Hampir semua anggota NATO adalah anggota Uni Eropa. Saya sekarang berbicara kepada negara-negara ini, yang membuat Turkiye menunggu selama lebih dari 50 tahun, dan saya akan berbicara lagi kepada mereka di Vilnius, Lituania," tambahnya.
Erdogan selama ini telah menolak proposal Swedia bergabung dengan NATO dengan beragam alasan.
Baca juga: Bertemu Zelensky, Erdogan: Ukraina Pantas Jadi Anggota NATO
Mulanya, dia mendesak pemerintah Swedia untuk lebih dulu mengekstradisi orang-orang Kurdi anggota partai kiri PKK (Partai Pekerja Kurdistan) yang sejak 1984 mengangkat senjata melawan Ankara dan mereka yang terlibat kudeta gagal pada 2016 yang dituduh Erdogan digerakkan oleh ulama Turkiye Fethullah Gulen.
Setelah itu, hubungan Turkiye dan Swedia memanas ketika pada awal Januari orang-orang Kurdi di Swedia melakukan protes anti-Erdogan secara besar-besaran disertai penggantungan boneka menyerupai Presiden Turkiye itu.
Demonstrasi di Balai Kota Stockholm itu mendapat perlindungan polisi setempat. Lalu, demi menaikkan popularitas partainya, pada 21 Januari, Rasmus Paludan memanfaatkan kekisruhan Turkiye-Swedia dengan membakar Al Quran. Hubungan kedua negara pun menjadi tambah kisruh.
Baca juga: Erdogan Tepis Harapan Swedia Gabung NATO Sebelum Juli 2023
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.