Di Irak dan Suriah, pasukan Turkiye melawan kelompok Unit Pertahanan Rakyat (YPG) serta elemen Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah dilarang di Turkiye dan banyak negara lain karena dikategorikan sebagai organisasi teroris.
Pemerintah Turkiye mencurigai YPG mendukung PKK.
Hal itu membuat AS marah, yang memandang YPG sebagai salah satu sekutu utamanya di Suriah menentang rezim Presiden Bashar Al Assad.
Kilicdaroglu mengatakan bahwa sebagai presiden, dia akan mengadopsi kebijakan luar negeri "non-intervensi".
Namun, tidak jelas apakah dia akan menarik pasukan Turkiye dari Irak, Suriah, atau Libya.
"Ada banyak nasionalis dalam aliansi oposisi Kilicdaroglu yang akan menentang kebijakan itu," kata Dr Zorlu.
Hubungan Turkiye dengan China berkisar pada perdagangan dan keuangan.
Turkiye telah bergabung dengan Inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan China demi meningkatkan hubungan perdagangan.
Turkiye juga telah mengambil pinjaman dari China.
Kilicdaroglu mengatakan bahwa sebagai presiden, dia akan membicarakan masalah ini kepada pemerintah China.
Namun, Baycar tidak yakin soal itu.
"Kilicdaroglu sekarang vokal menyuarakan tentang Uyghur, tapi dia mungkin akan diam jika dia berkuasa."
Baca juga: Pilpres Turkiye Sisakan Pertarungan Erdogan Vs Kilicdaroglu
Turkiye telah menggunakan kekuatan lunaknya di kawasan ini, mendirikan sekolah-sekolah dan memberikan beasiswa kepada orang Afrika untuk bersekolah di Turkiye.
Negara ini juga telah menjual alat-alat pertahanan, seperti drone, ke beberapa negara Afrika.
Zorlu mengatakan pemerintahan Erdogan telah aktif di Afrika karena dia meneguhkan status Turkiye sebagai pemenang di hati negara-negara miskin.
"Presiden Erdogan telah mencoba mengumpulkan koalisi negara-negara yang merasa ditinggalkan oleh Barat," katanya.
Namun, katanya, kebijakan Turkiye terhadap Afrika kemungkinan besar akan tetap sama bahkan jika presidennya berganti.
Baca juga: Pilpres Turkiye: Gelombang Kemarahan Warga ke Erdogan atas Lambannya Penanganan Gempa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.