Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/04/2023, 10:29 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

VALDIVIA, KOMPAS.com - Di sebuah hutan di bagian selatan Chili, ada sebuah pohon raksasa yang telah bertahan selama ribuan tahun dan sedang dalam proses untuk dikukuhkan sebagai pohon tertua di dunia.

Dikenal sebagai "Great Grandfathe" atau "Kakek Buyut', pohon itu berdiameter 4 meter dan tinggi 28 meter.

Pohon itu diyakini berisi informasi ilmiah yang dapat menjelaskan bagaimana planet bumi beradaptasi dengan perubahan iklim.

Baca juga: Inikah Kloset Siram Tertua di Dunia? Usianya 2.400 Tahun dan Dulu Benda Mewah

Dipercaya berumur lebih dari 5.000 tahun, pohon ini menjadi kandidat kuat pohon tertua di Bumi untuk menggantikan pohon Methuselah, pohon pinus Great Basin berusia 4.850 tahun yang ditemukan di California, Amerika Serikat.

“Pohon ini adalah penyintas, tiada pohon lain yang punya kesempatan untuk hidup begitu lama,” kata Antonio Lara, seorang peneliti di Universitas Austral dan Pusat Pertahanan dan Ilmu Iklim Chili, yang juga bagian dari tim yang mengukur usia pohon tersebut, dikutip dari AFP.

Pohon ‘Kakek Buyut’ berada di tepi jurang di sebuah hutan di wilayah selatan Los Rios, sekitar 800 kilometer di selatan Santiago, Ibu Kota Chili.

Pohon ini termasuk spesies tumbuhan Fitzroya cupressoides, sebuah jenis pohon cemara yang menjadi endemik di bagian selatan benua Amerika Latin.

Selama beberapa tahun terakhir, para wisatawan berjalan kaki sekitar satu jam melalui hutan ke tempat pohon itu berada untuk berfoto bersama “pohon tertua di dunia”.

Karena pohon itu makin tenar, badan nasional kehutanan setempat harus menambah jumlah penjaga taman nasional dan membatasi akses untuk melindungi Sang Kakek Buyut.

Sebaliknya, lokasi pasti dari pohon Methuselah tetap menjadi rahasia.

Pohon yang juga dikenal sebagai cemara Patagonia ini adalah spesies pohon terbesar di Amerika Selatan.

Baca juga: Berusia 115 Tahun, Wanita Spanyol Dinobatkan jadi Wanita Tertua di Dunia

Pohon tersebut hidup berdampingan dengan spesies lain, seperti coihue, pinus plum dan tepa, kodok Darwin, kadal, dan burung seperti chucao tapaculo dan elang Chili.

Selama berabad-abad, batang pohon ini telah digunakan untuk membuat rumah dan kapal, dan kayunya ditebang besar-besaran selama abad ke-19 dan abad ke-20.

Kegembiraan bagi komunitas keilmuan

Penjaga hutan Anibal Henriquez menemukan pohon ini saat berpatroli di hutan tersebut pada 1972.

Henriquez meninggal 16 tahun kemudian, saat dia berpatroli di hutan yang sama sambil menunggang kuda.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Curahan Hati Pengantin Irak Usai Kebakaran Pesta Pernikahan Tewaskan 115 Orang...

Curahan Hati Pengantin Irak Usai Kebakaran Pesta Pernikahan Tewaskan 115 Orang...

Global
Rangkuman Hari Ke-586 Serangan Rusia ke Ukraina: Musk Unggah Meme Zelensky | UE Gelar KTT Bersejarah di Kyiv

Rangkuman Hari Ke-586 Serangan Rusia ke Ukraina: Musk Unggah Meme Zelensky | UE Gelar KTT Bersejarah di Kyiv

Global
WHO Rekomendasikan Vaksin Malaria Baru untuk Anak-anak

WHO Rekomendasikan Vaksin Malaria Baru untuk Anak-anak

Global
Ada Api Dalam Sekam Geopolitik di Laut China Selatan

Ada Api Dalam Sekam Geopolitik di Laut China Selatan

Global
10.000 Migran Serbu Perbatasan AS-Meksiko Setiap Harinya

10.000 Migran Serbu Perbatasan AS-Meksiko Setiap Harinya

Global
Donald Trump Hadiri Sidang Kasus Penipuan Sipil di New York, Sebut Itu Bermotif Politik

Donald Trump Hadiri Sidang Kasus Penipuan Sipil di New York, Sebut Itu Bermotif Politik

Global
[POPULER GLOBAL] AS Hindari “Government Shutdown” | Eni Temukan Gas Besar di Kaltim

[POPULER GLOBAL] AS Hindari “Government Shutdown” | Eni Temukan Gas Besar di Kaltim

Global
Kosovo Tuding Serbia Berencana Caplok Wilayah Utaranya

Kosovo Tuding Serbia Berencana Caplok Wilayah Utaranya

Global
Media Asing: Indonesia Bantah Kabut Asap Akibat Kebakaran Hutan Sampai ke Malaysia

Media Asing: Indonesia Bantah Kabut Asap Akibat Kebakaran Hutan Sampai ke Malaysia

Global
Berjalan di Eskalator Sekarang Dilarang di Nagoya Jepang

Berjalan di Eskalator Sekarang Dilarang di Nagoya Jepang

Global
Perusahaan Energi Italia Umumkan Temuan Cadangan Gas Besar di Kalimantan Timur

Perusahaan Energi Italia Umumkan Temuan Cadangan Gas Besar di Kalimantan Timur

Global
Katalin Kariko dan Drew Weissman Raih Nobel Kedokteran 2023

Katalin Kariko dan Drew Weissman Raih Nobel Kedokteran 2023

Global
Kematian akibat Demam Berdarah di Bangladesh Capai 1.006 Orang, Jadi Wabah Terburuk

Kematian akibat Demam Berdarah di Bangladesh Capai 1.006 Orang, Jadi Wabah Terburuk

Global
Dokter di Pakistan Ini Gandeng Montir Motor Lakukan 328 Transplantasi Ginjal Ilegal

Dokter di Pakistan Ini Gandeng Montir Motor Lakukan 328 Transplantasi Ginjal Ilegal

Global
Hakim New York: Trump Lebih-lebihkan Nilai Properti untuk Kesepakatan Bisnis

Hakim New York: Trump Lebih-lebihkan Nilai Properti untuk Kesepakatan Bisnis

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com