WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Bank Dunia mengatakan pada hari Rabu (12/4/2023) bahwa pihaknya akan membiayai 200 juta dollar AS untuk membantu memperbaiki infrastruktur energi dan pemanas Ukraina.
Para mitra dan lainnya akan menyediakan 300 juta dollar AS lagi saat proyek tersebut berkembang.
Hibah senilai 200 juta dollar AS akan digunakan untuk melakukan perbaikan darurat pada trafo transisi Ukraina, ketel pemanas bergerak, dan peralatan penting darurat lainnya.
Baca juga: Kenapa Harga Beras di Indonesia Paling Mahal Se-Asia Tenggara? Ini Penjelasan Bank Dunia
Dilansir dari Reuters, Bank Dunia telah memobilisasi lebih dari 23 miliar dollar AS dalam pembiayaan darurat untuk Ukraina, termasuk komitmen dan janji dari para donor.
Lebih dari 20 miliar dollar AS dari jumlah ini telah disalurkan melalui beberapa proyek, katanya.
Infrastruktur energi telah mengalami kerusakan 11 miliar dollar AS selama setahun terakhir dan merupakan salah satu area paling kritis di mana Ukraina membutuhkan dukungan mendesak, kata Anna Bjerde, direktur pelaksana Bank Dunia.
Selama bulan-bulan musim gugur dan musim dingin, lebih dari separuh infrastruktur listrik Ukraina rusak, mengakibatkan pemadaman listrik di seluruh negeri yang menyebabkan kekurangan makanan, pemanas, dan air.
Sebagian besar pembangkit listrik telah terhubung kembali ke jaringan.
Namun, kerusakan yang signifikan pada gardu transmisi masih membatasi outputnya, menyebabkan pelepasan beban dan pemadaman terjadwal di sebagian besar wilayah.
Ukraina mengatakan pada hari Senin (10/4/2023) bahwa pihaknya telah melanjutkan ekspor listrik ke Eropa setelah ditangguhkan pada bulan Oktober ketika Rusia mulai meluncurkan serangan rudal dan pesawat tak berawak secara teratur ke infrastruktur energi kritis.
Baca juga: Bank Dunia dan IMF Ingatkan Lagi soal Ancaman Resesi Global 2023
Pemogokan menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran untuk warga sipil dan industri, memaksa pekerja untuk bekerja lembur untuk memperbaiki jaringan.
Penuntut tinggi Pengadilan Kriminal Internasional mengunjungi Ukraina pada Februari untuk menyelidiki serangan udara Rusia di jaringan listrik yang menurut Kyiv ditujukan untuk mengintimidasi warga sipil biasa.
Baca juga: Gigih, Pria Ini Kirim 600 E-mail demi Diterima Kerja di Bank Dunia
Moskwa, yang melancarkan invasi pada Februari 2022 dan menyebutnya sebagai "operasi militer khusus", mengatakan serangan itu ditujukan untuk melemahkan militer Ukraina.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.