Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ermaya
Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI

Dewan Pakar Bidang Geopolitik dan Geostrategi BPIP RI.

Babak Baru Geopolitik Dunia

Kompas.com - 03/04/2023, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Keberhasilan ini senafas dengan semangat Dasasila Bandung dalam Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok yang dipelopori Indonesia melalui kepemimpinan Bung Karno.

Konstruksi pemikiran geopolitik Presiden Pertama RI Soekarno ini berwatak tidak ekspansif, serta menjadikan Pancasila sebagai lifeline tata dunia baru.

Maka dalam teori geopolitik Bung Karno yang disebut progressive geopolitical co-exsistentence, kepentingan nasional Indonesia dibangun dengan memperhatikan konstelasi geopolitik.

Pemikiran geopolitik Bung Karno ini mendasari cara pandang untuk melihat konstelasi geopolitik di mana Indonesia demikian berperan aktif dalam percaturan dunia seperti mengambil prakarsa perdamaian di Timur Tengah, Korea, Rusia-Ukraina, Laut Tiongkok Selatan serta berbagai persoalan lainnya.

Contoh positif regional

Normaliasi hubungan Arab Saudi dan Iran di kawasan yang sering dilanda konflik ini, jelas menjadi contoh positif untuk masalah hotspot regional di negara lain.

Paling sedikit telah terjadi perubahan konstelasi geopolitik di Timur Tengah, dan perubahan ini memberi harapan segar terhadap perdamaian kawasan dan dunia.

Inspirasi perdamaian kawasan dan dunia itu pula yang bisa dipakai untuk regional ASEAN (Asosiation of South East Asian Nations).

Hal ini penting mengingat beberapa hari lalu, China memberikan peringatan terbaru kepada Filipina. Hal ini diakibatkan oleh rencana negara itu untuk memberikan akses pangkalan militer kepada rival Beijing, Amerika Serikat (AS).

Meski rada sulit dideteksi, tapi ada kecenderungan rivalitas antara AS dan China di kawasan regional ASEAN eskalasinya meningkat. Walau hal ini secara terbuka tak terlihat secara konfrontatif.

Namun, Indonesia tidak boleh abai, karena secara strategis pula Indonesia berada di antara negara-negara aliansi AS dalam posisi geografis dan strategis ASEAN.

Dari itulah kawasan regional ASEAN harus dijaga ketentramannya. Untuk kedamaian kawasan, paling tidak perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara ini harus berperan penting secara ekonomi, geopolitik, dan strategis.

Mengingat perhimpunan ini memilik modal kuat, yang secara demografis memiliki populasi 662 juta jiwa dengan produk domestik bruto (PDB) gabungan sebesar 3,2 triliun dollar US (2019).

Terlebih untuk Indonesia, ia harus melihat peluang diplomasi di mana kepemimpinannya di kawasan Asia Tenggara menjadi penting di ASEAN secara politik dan ekonomi.

Ini menjadi relevan di mana Indonesia sebagai Ketua ASEAN Tahun 2023, dalam kepemimpinannya mengusung mengusung tema besar “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth" yang bermakna bahwa Indonesia ingin menjadikan ASEAN tetap penting dan relevan bagi masyarakat ASEAN dan dunia.

Peranan Indonesia

Peranan Indonesia dalam skala geopolitik dan geostrategis demikian mendapat apresiasi yang positif dari dunia. Hal ini semakin gamblang ketika kepemipinan Indonesia menyelesaikan presidensi G20 pada November 2022, di Bali mendapat apresiasi positif dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com