Hoaks lain adalah Ukraina yang diklaim sebagai laboratorium Amerika Serikat untuk produksi senjata biologi dan tempat pembuatan virus Covid-19.
Beberapa disinformasi lain dapat berdampak kepada keengganan publik Indonesia untuk bersimpati kepada Ukraina. Misalnya hoaks kokain di meja kerja Zelensky yang merupakan video editan, ataupun video deepfake seolah Zelensky mengimbau warga Ukraina untuk menyerah.
Beberapa konten lain mencoba mengajak publik melakukan generalisasi bahwa warga Ukraina pro Nazi. Contohnya, foto bendera Ukraina berdampingan dengan bendera Nazi, yang sesungguhnya merupakan bagian dari film Match yang disyuting di Kharkov.
Film itu konteksnya menceritakan situasi kota Kiev yang tengah diduduki tentara Nazi pada tahun 1942.
Setiap perang selalu membawa korban warga sipil. Data OHCHR pada Maret 2023 menyebutkan, terdapat 8.401 warga sipil yang meninggal sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai.
Dalam perang, disinformasi bisa berperan untuk memperhalus kekejaman dan penderitaan warga sipil. Sebuah video diklaim sebagai bukti rekayasa seorang sutradara Ukraina untuk menyudutkan Rusia yang tengah membidik warga sipil, sedangkan faktanya video itu adalah behind the scene pembuatan film Kaleidoscope Man yang diambil di Birmingham, Inggris.
Banyaknya disinformasi yang pro Rusia, bukan berarti tidak ada disinformasi yang pro Ukraina. Beberapa disinformasi pro Ukraina, di antaranya adalah foto petani Ukraina yang menangkap jet militer Rusia dan di foto lain tentang petani mencuri roket milik Rusia.
Beberapa konten kekejaman yang diklaim terkait kejadian perang di Ukraina, ternyata keliru. Seperti ketika akun Twitter mantan Perdana Menteri Swedia, Carl Bildt, mengunggah foto pembakaran buku sejarah Ukraina saat invasi, sesungguhnya itu adalah kejadian tahun 2014 di Crimea.
Disinformasi memang terjadi dua sisi, namun tidak dipungkiri bahwa disinformasi pro Rusia jauh lebih dominan baik dari sisi jumlah maupun dampak bagi publik Indonesia. Dampak yang paling buruk adalah ketika disinformasi melunturkan semangat anti penjajahan, menggerus kemanusiaan dan kepedulian terhadap korban konflik, serta merusak rasionalitas publik.
Usaha menjernihkan ruang digital dari disinformasi dan propaganda sepanjang konflik berlangsung memiliki banyak tantangan, baik akibat post truth yang menguat, gap informasi, polarisasi masyarakat maupun kurangnya literasi masyarakat.
Upaya menghadirkan suara yang kredibel untuk menyingkap kabut disinformasi yang menutupi pahitnya realitas perang menjadi sangat penting. Untuk itu, perlu kerja keras dari beragam pihak dalam memastikan publik Indonesia mendapatkan informasi yang akurat guna menjaga rasionalitas dalam menyikapi sebuah konflik.
Periksa fakta semasa konflik perlu dibarengi dengan edukasi literasi digital. Harapannya adalah publik memiliki "imunitas" yang baik dan tidak mudah teperdaya oleh disinformasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.