Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Sejarah Tersembunyi Bunker Terbesar di Skotlandia, Tak Banyak Orang Tahu

Kompas.com - 25/03/2023, 16:46 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

Dia berkata, "Mereka tidak bisa berbuat apa-apa dengan situs itu karena mereka tidak diberi izin perencanaan untuk mendirikan apartemen, jadi saya bertanya apakah saya bisa membelinya? Mereka mengatakan, mereka sedang rapat dengan dewan dan akan menelepon saya kembali."

"Saya sedang berada di dalam mobil saya, dan pada saat saya melewati Forth Road Bridge saya telah membelinya." sambungnya.

Baca juga: Cara Miliarder Dunia Hadapi Hari Kiamat, Bikin Bunker hingga Beli Tanah di Selandia Baru

Namun, ketika dia melihat ke dalam bunker, dia menemukan kekacauan yang mengerikan.

"Para pengacau masuk melalui ventilasi udara dan mencuri banyak barang," katanya.

"Jadi saya meninggalkannya selama beberapa tahun sampai saya tahu apa yang harus saya lakukan dengan bunker itu," imbuhnya.

Pada tahun-tahun berikutnya terjadi kebakaran, salah satunya pada 1998 yang berkobar selama dua hari dan menghanguskan seluruh bunker.

Mantan pejabat Kementerian Dalam Negeri berkata, kebakaran itu dilakukan oleh kelompok anarkis bernama Edinburgh Bomby Group.

Baca juga: Gelombang Panas China, Warga Bawa Balok Es ke Kantor dan Ngadem di Bunker

Peter Gordon, Direktur Barnton Bunker Preservation Society.BBC INDONESIA Peter Gordon, Direktur Barnton Bunker Preservation Society.

Anggota kelompok itu percaya bahwa pemerintah akan menggunakan bunker itu lagi jika terjadi perang nuklir.

"Jadi mereka menulis pesan di pintu bunker. Mereka mengatakan akan memotong tiang telegraf, yang mana telah mereka lakukan, dan pesan nomor 10 adalah membakar bunker itu.

"Mereka menggunakan mesin gerinda dan palu godam, serta meletakkan sepeda motor di dekat sentral telepon yang ada di dalam lalu membakarnya."

Pejabat Kementerian Dalam Negeri tersebut memperkirakan setidaknya butuh uang Rp 372 miliar untuk menghidupkan kembali bunker ini.

Pemilik bunker, James Mitchell, berkata dia telah menghabiskan Rp 18 miliar untuk membersihkan lebih dari 40 ton puing-puing, dengan bantuan para sukarelawan.

Peter Gordon, Direktur Barnton Bunker Preservation Society, menambahkan sangat sedikit orang yang berada di dalam bunker.

Baca juga: Pembuatan Bunker Nuklir Melonjak saat Perang Rusia-Ukraina Picu Ketakutan di Seluruh Eropa

Foto udara Bunker Barnton di Bukit Corstorphine.JAMES MITCHELL via BBC INDONESIA Foto udara Bunker Barnton di Bukit Corstorphine.

"Ketika kami pertama kali datang, ada bangkai tikus di mana-mana dan baunya lembab," ujarnya.

"Api telah menjadikan tempat ini seperti neraka, bahkan menyebabkan beton retak. Anda masih bisa melihat buktinya sekarang," tambahnya

James Mitchell yang juga memiliki Bunker Rahasia Skotlandia di Fife, mengatakan dia ingin menghidupkan kembali bangunan yang masuk Daftar Ketagori A itu sebagai museum.

Sekarang dia telah mengantongi status amal untuk bunker tersebut dan ingin menawarkan "tur dengan memakai topi pengaman" demi memberi kesempatan kepada para pengunjung melihat bunker ini sebelum berubah menjadi museum.

Penasihat Kementerian Dalam Negeri menambahkan, "Saya mengingatnya pada hari-hari ketika wajah Anda terpantul di lantai, tapi sekarang ini adalah bangunan setengah telantar."

"Unik dan sangat menarik serta seru untuk dikunjungi. Meskipun bunker ini tidak lagi menjadi tempat rahasia pada 1955, tidak ada yang membicarakannya," ucapnya.

Baca juga: Akibat Konflik Ukraina, Bunker Perlindungan Perang Dingin Swiss Kembali Populer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com