Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pidato Pertama soal Penembakan UFO, Biden Tegaskan Tak Terkait Balon Mata-mata China

Kompas.com - 17/02/2023, 08:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber CNN

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Kamis (16/2/2023), tiga obyek terbang tak dikenal alias unidentified flying object (UFO) yang ditembak jatuh di Amerika Utara kemungkinan tidak terkait dengan balon mata-mata China.

Pernyataan itu disampaikan Biden dalam pidato resmi pertamanya mengenai insiden objek tersebut yang terbang di langit Kanada dan AS, sebagaimana dilansir CNN.

UFO terakhir yang ditembak jatuh AS sekitar lima hari lalu.

Baca juga: Pilot F-16 AS Meleset Tembak UFO, Rudal Seharga Rp 6 Miliar Nyasar

“Kami belum tahu persis apa ketiga objek ini, tetapi saat ini tidak ada yang menunjukkan bahwa mereka terkait dengan program balon mata-mata China atau bahwa mereka adalah kendaraan pengintai dari negara lain mana pun,” ucap Biden.

“Penilaian komunitas intelijen saat ini adalah bahwa ketiga objek ini kemungkinan besar adalah balon yang terkait ke perusahaan swasta, lembaga rekreasi, atau penelitian yang mempelajari cuaca atau melakukan penelitian ilmiah lainnya,” sambung Biden.

Biden menekankan bahwa belum ada bukti yang menunjukkan adanya faktor yang menyebabkan melonjaknya kehadiran UFO di langit.

Meskipun ketiga UFO yang ditembak jatuh tampaknya tidak berbahaya, Biden memperingatkan bahwa jika obyek itu mengancam keselamatan dan keamanan rakyat AS, Washington tak segan menjatuhkannya.

Baca juga: AS Tembak UFO di Dekat Perbatasan Kanada, Insiden Keempat dalam Sebulan

Biden menuturkan, dia telah mengarahkan timnya untuk menyusun aturan yang lebih tajam untuk mengenai UFO ke depan.

“Membedakan antara yang cenderung menimbulkan risiko keselamatan dan keamanan yang memerlukan tindakan dan yang tidak,” ujar Biden.

Parameter-parameter yang disusun tersebut akan dibagikan dengan Kongres setelah selesai dibuat.

Biden menambahkan, dia telah mengarahkan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan untuk memimpin upaya pemerintah dalam merespons kehadiran obyek serupa di ketinggian.

Baca juga: Dalam Sepekan, 2 UFO Ditembak Jatuh di Kanada dan AS

Selain itu, Biden mengatakan bahwa dia berharap untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping tentang isu-isu ini.

“Dan saya berharap kita akan sampai ke inti ini, tapi saya tidak meminta maaf karena telah menjatuhkan balon itu,” tutur Biden.

Sebelumnya, sejumlah pejabat AS menuturkan bahwa balon mata-mata China yang ditembak jatuh awal bulan ini mampu melakukan operasi pengumpulan sinyal intelijen dan memiliki muatan seukuran tiga bus.

Baca juga: Awan Lentikular Muncul di Turkiye, Bentuknya Mirip UFO

Sebagai perbandingan, obyek-obyek berikutnya yang ditembak jatuh dan tidak dikaitkan dengan negara atau entitas tertentu, diyakini berukuran jauh lebih kecil.

Sejumlah pejabat dari Kementerian Pertahanan AS, Kementerian Luar Negeri AS, dan dari dinas intelijen telah memberi informasi kepada anggota parlemen tentang balon mata-mata China dalam beberapa hari terakhir.

Sebelumnya, Biden ditekan oleh anggota parlemen dari Partai Republik Biden karena tidak memerintahkan penjatuhan balon mata-mata China dengan cukup cepat.

Baca juga: Beijing Desak Washington Selidiki Balon-balon AS yang Terbang di China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com