Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pria Nekat Palsukan Kematian agar Tahu Siapa Saja yang Hadiri Pemakamannya...

Kompas.com - 29/01/2023, 16:31 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Tidak ada yang bisa menjelaskan secara pasti kematian Lemos.

Selang beberapa waktu, muncul pemberitahuan tentang waktu dan tempat upacara pemakaman Lemos di akun Facebook pria itu.

Pada 18 Januari, teman dan keluarga Baltazar Lemos pun mendatangi sebuah kapel kecil di Kota Curitiba untuk menyaksikan “pemakamannya”.

Pada satu titik, suara Baltazar mulai menyambangi telinga para hadirin dengan menceritakan kehidupannya.

Beberapa hadirin mulai menangis karena mengira itu adalah rekaman suara almarhum.

Tanpa disangka-sangka, selang beberapa saat, pintu altar kemudian terbuka dan Lemos melangkah keluar di depan semua orang.

Para hadirin pun kebingungan. Ada yang baru mulai menangis, ada yang kaget bukan main.

Begitu Lamos menjelaskan bahwa dirinya telah memalsukan kematianuntuk melihat siapa yang akan menghadiri pemakamannya, para hadirin mulai menuduhnya melakukan kekejaman.

“Di semua grup fotografer acara, orang membicarakan 'kematian' Anda. Semua orang berduka. Sungguh lelucon yang konyol! Saya pikir Anda harus berfoto dengan semua orang yang berduka atas kematian Anda. Saya tidak mengenal Anda secara pribadi dan saya harap saya tidak pernah bertemu dengan Anda,” komentar seseorang secara online setelah mengetahui kebenaran.

Baca juga: Viral, Niat Hati Ingin Kasih Gaji Pertama ke Ibu, Gadis Ini Menangis Salah Transfer

Kisah Baltazar Lemos memalsukan kematian menyebar dengan cepat di media sosial.

Beberapa kantor berita lokal dilaporkan telah menghubunginya untuk mempelajari lebih lanjut tentang motivasinya.

Lemos menjelaskan bahwa dia tidak pernah ingin membuat orang berduka, tetapi ini adalah satu-satunya cara untuk mengetahui siapa yang akan meratapi dia setelah kematiannya yang tak terelakkan.

“Saya punya ide lima bulan lalu. Aku ingin membuatnya terlihat seperti aku benar-benar mati. Orang-orang menafsirkannya dengan cara mereka sendiri. Sebenarnya saya ingin tahu siapa yang akan datang,” kata Lemos.

“Saya tidak memberi tahu siapa pun, karena saya berharap itu akan berhasil. Saya tidak punya niat untuk menyakiti, menyinggung, atau melukai siapa pun. Saya benar-benar meminta maaf kepada orang-orang ini,” ucap dia.

Permintaan maaf Lamos sebagian besar diabaikan, terutama setelah orang-orang mengetahui bahwa dia memiliki seorang ibu yang terikat kursi roda berusia sekitar 80 tahun yang bisa mengalami serangan jantung saat mendengar berita kematiannya.

Belum lagi kesedihan seluruh keluarga, teman, dan koleganya.

“Saya sudah mengenalnya sejak 2001. Saya pikir ceritanya mengerikan. Saya menghabiskan satu hari dengan sedih dan hari lainnya sangat marah. Bagi saya, dia meninggal pada tanggal 17, ketika saya mengetahui semuanya. Rasanya sangat tidak enak,”kata seorang perencana acara yang pernah bekerja dengan Baltazar Lemos.

Baca juga: Punya Gaji Rp 22,9 Juta, Gadis Ini Pilih Batasi Pengeluaran Makan Rp 97.000 Per Bulan, Ini Hasilnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com