Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosiolog: Indonesia Bisa Saja Alami Resesi Seks Kelak seperti China dan Jepang, Ini Alasannya

Kompas.com - 27/01/2023, 10:55 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Penulis: VOA Indonesia/Ghita Intan

JAKARTA, KOMPAS.com - Kekhawatiran yang menimpa negara-negara seperti China dan Jepang terkait dengan anjloknya pertumbuhan penduduk mereka tidak dirasakan oleh Indonesia.

Presiden Joko Widodo menyatakan, Indonesia saat ini belum memasuki tahapan resesi seks, salah satu faktor penyebab dari turunnya pertumbuhan penduduk di China dan Jepang.

“Dan saya senang angka tadi yang disampaikan oleh dr Hasto (Kepala BKKBN), pertumbuhan (penduduk) kita di angka 2,1 (persen), dan yang menikah 2 juta, yang hamil 4,8 juta. Artinya di Indonesia tidak ada resesi seks. Masih tumbuh 2,1 ini bagus,” ungkap Jokowi dalam acara Rakernas Program Banggakencana dan Penurunan Stunting di Kantor BKKBN, Jakarta, Rabu (25/1/2023).

Baca juga: Kemarin China, Kini Jepang yang Khawatirkan Penurunan Populasi

Jokowi menjelaskan terus bertumbuhnya jumlah penduduk merupakan hal yang baik, karena bisa menjadi sebuah kekuatan perekonomian sebuah negara.

Meski begitu, Presiden kembali mengingatkan bahwa upaya untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang unggul juga tidak mudah. Salah satu fokus pemerintah saat ini untuk mewujudkan SDM yang unggul adalah melalui pemberantasan tingkat prevalensi stunting di Tanah Air, di mana tingkatnya kini telah turun ke level 21,6 persen pada 2022.

Data sebelumya pada 2014 menunjukkan bahwa tingkat stunting di dalam negeri berada di level 37 persen.

Dia pun yakin angka stunting tersebut akan terus turun sesuai dengan yang ditargetkan, yakni menjadi 14 persen di tahun 2024 mendatang.

“Sekali lagi bahwa kualitas keluarga, kualitas SDM itu menjadi kunci bagi negara kita untuk berkompetisi bersaing dengan negara lain, dan sinergitas antara kementerian dan lembaga, pemda, nakes, TNI/Polri dan swasta, ini penting sekali,” kata Jokowi.

Fenomena resesi seks yang menimpa China dan Jepang ditandai dengan angka kelahiran yang terus menurun.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut, salah satunya karena masyarakat yang tidak mau menikah, bercinta, dan memiliki keturunan.

Baca juga: Populasi China Merosot, Akankah Jumlah Penduduk Bumi Kena Dampak?

Data terkini yang dirilis pada minggu lalu menunjukkan bahwa tingkat populasi China turun untuk pertama kalinya dalam lebih dari enam dekade.

Jumlah populasi di negara Tirai Bambu tersebut mengalami penurunan sebanyak 850.000 jiwa pada 2022 ke angka 1,41 miliar.

Sosiolog: Indonesia bisa alami resesi seks

Sosiolog dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Anis Farida mengatakan, berdasarkan angka pertumbuhan penduduk yang tercatat saat ini, Indonesia belum mengalami fenomena resesi seks, yang menimpa kekuatan besar Asia seperti China, Jepang dan Korea Selatan sejak 2014 silam.

Dia memandang fenomena tersebut cukup mengejutkan terjadi di wilayah Asia mengingat penduduk di negara Asia yang memiliki kecenderungan untuk mengagungkan keturunan.

Fenomena semacam itu, ujar Anis, dapat terjadi di Indonesia seiring dengan berjalannya waktu.

Menurutnya, generasi muda di usia yang sudah matang untuk menikah pada saat ini banyak yang cenderung untuk menunda pernikahan dan memiliki anak dengan alasan karir ataupun melanjutkan pendidikan.

Baca juga: Mengapa Populasi China Bisa Turun Drastis?

“Itu menjadi salah satu pertimbangan yang kemudian nantinya akan muncul keengganan untuk menikah atau bahkan tidak punya anak, apalagi dengan fenomena yang terjadi di sekitar kita saat ini, betapa juga pemenuhan kebutuhan ekonomi dan kebutuhan yang lain sedang tidak mudah sehingga orang juga berpikir bagaimana membentuk keluarga karena punya tanggung jawab yang berat,” ungkapnya kepada VOA.

Anis juga melihat bahwa faktor ekonomi memiliki peran besar dalam menyebabkan terjadinya resesi seks di berbagai negara-negara tetangga tersebut.

Banyak dari penduduk yang berpikir bahwa membentuk sebuah keluarga dengan memiliki keturunan memiliki sebuah beban yang berat.

“Kalau waktu itu tahun 2014 yang mencuat adalah persoalan beban untuk memenuhi kebutuhan hidup seorang diri saja bukan sesuatu yang mudah. Sehingga ketika membentuk sebuah keluarga tentu ada tanggung jawab yang lebih besar. tidak sekedar cukup makan, tapi juga pendidikan kepada anak di masa depan. Manakala suami istri ini juga bekerja maka butuh baby sitter juga yang menjaga, atau day care, dan hal lain yang tentunya cost-nya besar. Itu kalau yang ditemukan di negara-negara kawasan Asia seperti Jepang, Korea,” terang dia.

Terlepas dari berbagai faktor penyebabnya, Anis menilai persoalan resesi seks tidak dapat dianggap sepele. Berbagai pihak terutama keluarga harus tetap menyosialisasikan mengenai pentingnya memiliki keturunan melalui sebuah lembaga perkawinan.

“Ini adalah sebuah case yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Pada kelas menengah tertentu sudah ada tren, bahwa anak-anak mereka lebih fokus kepada masa depan yang mana mungkin saja pertimbangannya tidak sekedar karir, tapi juga tahu betapa kemudian membangun sebuah keluarga ini tidak cukup dengan cinta dan kemudian butuh ekonomi maupun hal lain yang harus dipenuhi,” terang dia.

Baca juga: Populasi China Turun Hingga 850.000 Jiwa, Pertama Kali Setelah 60 Tahun

Meski begitu, Anis memprediksi bahwa Indonesia masih jauh dari resesi seks.

Karena Indonesia sendiri dilaporkan masih akan menerima bonus demografi hingga tahun 2045.

“Artinya pada tahun itu kita masih belum ada problem dengan resesi seks ini. tapi kalau kita berhitung mereka yang saat ini berusia 20-an dan kemudian 20 tahun mendatang dan kalau punya komitmen tidak atau mengurangi untuk tidak menikah bahkan tidak punya anak, pasti akan mengalami penurunan terkait bagaimana kualitas SDM dan jumlah SDM yang ada,” terang dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com