Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peru Umumkan 30 Hari Darurat Nasional akibat Protes Mematikan Tolak Penggulingan Presiden

Kompas.com - 15/12/2022, 07:16 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

LIMA, KOMPAS.com - Pemerintah baru Lima mengumumkan 30 hari darurat nasional di Peru untuk memadamkan demonstrasi penuh kekerasan yang telah mengguncang negara itu, menyusul penggulingan dan penangkapan mantan presiden Peru Pedro Castillo seminggu yang lalu.

Tindakan yang diumumkan pada Rabu (14/12/2022) akan menangguhkan hak untuk berkumpul dan bergerak bebas di seluruh negeri.

Itu juga diaktifkan tepat sebelum liburan Natal, ketika orang biasanya secara ekstensif bepergian untuk mengunjungi keluarga.

Deklarasi darurat nasioanl Peru juga memungkinkan polisi diberdayakan untuk menggeledah rumah orang tanpa izin atau perintah pengadilan.

Baca juga: Protes Peru Memanas, Pendukung Mantan Presiden Castillo Memblokade Jalan dan Bandara

“Dengan tindakan ini, kami berusaha menjamin ketertiban, kelangsungan kegiatan ekonomi, dan perlindungan jutaan keluarga,” cuit menteri pertahanan Peru Luis Otarola, setelah keputusan dicapai dalam rapat kabinet.

Dia menambahkan pemerintah belum memutuskan apakah jam malam akan diberlakukan.

“Polisi nasional dengan dukungan angkatan bersenjata akan memastikan kontrol di seluruh wilayah nasional atas properti pribadi dan, di atas segalanya, infrastruktur strategis serta keselamatan dan kesejahteraan semua warga Peru,” katanya dilansir dari Guardian.

Tindakan itu dilakukan setelah sepekan kerusuhan mematikan menolak pengangkatan presiden baru Peru, Dina Boluarte.

Pengunjuk rasa menyerukan penggantian semua anggota parlemen dan pemulihan Castillo sebagai presiden.

Dia dipaksa menanggalkan jabatannya setelah berusaha membubarkan kongres dan memerintah secara mandiri dalam upaya untuk menghindari pemakzulan atas tuduhan korupsi.

Tentara berjaga-jaga setelah membersihkan penghalang jalan menuju bandara, yang dibuat oleh para pendukung Presiden Peru terguling Pedro Castillo di Arequipa, Peru, Rabu, 14 Desember 2022. AP PHOTO/JOSE SOTOMAYOR Tentara berjaga-jaga setelah membersihkan penghalang jalan menuju bandara, yang dibuat oleh para pendukung Presiden Peru terguling Pedro Castillo di Arequipa, Peru, Rabu, 14 Desember 2022.

Baca juga: Protes Massa Makan Korban, Presiden Baru Peru Tawarkan Pemilu Dini

“Pertama-tama, kami tidak mengenali Dina Boluarte,” kata Ronal Carrera (32 tahun), seorang pekerja konstruksi yang telah melakukan perjalanan dari Junín, di Andes tengah Peru, untuk berdemonstrasi di Ibu Kota Lima.

“Dia adalah pemimpin kudeta, hingga hari ini presiden kami adalah Pedro Castillo. Sekarang kami menuntut pemulihannya.”

Sedikitnya delapan orang – lima di antaranya remaja – tewas dalam bentrokan dengan polisi pada minggu pertama unjuk rasa.

Semuanya meninggal akibat luka tembak di tengah tuduhan tindakan represi dari kepolisian oleh Amnesty International dan kelompok hak asasi manusia nasional.

“Peru tidak bisa dibanjiri darah,” kata Boluarte pada Rabu (14/12/2022).

“Kami telah mengalami pengalaman ini di tahun 80-an dan 90-an, dan saya yakin kami tidak ingin kembali ke sejarah yang menyakitkan itu.” Dia mengacu pada konflik internal berdarah negara itu dengan gerilyawan Shining Path di mana hampir 70.000 orang Peru terbunuh.

Tentara berpatroli di Arequipa, Peru, Rabu, 14 Desember 2022. AP PHOTO/JOSE SOTOMAYOR Tentara berpatroli di Arequipa, Peru, Rabu, 14 Desember 2022.

Baca juga: Meksiko Pertimbangkan Beri Suaka untuk Presiden Peru yang Baru Dimakzulkan

Boluarte menambahkan bahwa pemilihan umum dapat dijadwalkan pada Desember 2023.

Itu berubah dari pengumuman pada Senin (12/12/2022), setelah janji percepatan pemilihan umum hingga April 2024 tidak meredakan unjuk rasa.

Protes Peru telah melumpuhkan jalan dan bandara di seluruh negeri di tengah meluasnya vandalisme dan penjarahan, di mana kantor polisi, kejaksaan daerah dan kantor pajak telah dibakar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com