CHP memanfaatkan polemik yang muncul dengan menuding AKP menyandera perempuan berhijab untuk bahan kampanye.
Erdogan lantas membela diri atas serangan tersebut. Ia menegaskan bahwa aturan ini tak akan merugikan orang lain.
“Apakah ada diskriminasi antara perempuan berhijab dan tidak? Tidak!” ujar Erdogan.
Ketika Ataturk membentuk Turkiye modern pada 1923, jilbab secara bertahap dilarang di sekolah dan kantor.
Baca juga: Adnan Oktar, Pemimpin Sekte Seks Turkiye Dijatuhi Hukuman 8.658 Tahun Penjara
AKP mulai mengubah hal itu pada 2008, mencabut larangan di universitas, perguruan tinggi, dan kemudian di pegawai negeri sipil, parlemen, dan kepolisian.
Sejarawan Berrin Sonmez mengatakan, wanita Turkiye sangat memuji pencabutan larangan pemakaian jilbab tersebut.
“Mereka yang memandang jilbab sebagai simbol agama yang bertentangan dengan prinsip sekularisme harus memahami bahwa (pemikiran mereka) diskriminatif,” kata Sonmez.
Baca juga: Kepala Mata-mata AS dan Rusia Adakan Pertemuan Langsung di Turkiye, Bahas Apa?
“Dilarang atau wajib, jilbab melanggar hak perempuan jika aturan memakainya diberlakukan oleh negara,” imbuh Sonmez.
Dengan tidak adanya penelitian yang lebih baru, dia mengutip survei tahun 2012 yang menunjukkan 65 persen wanita Turkiye mengenakan jilbab.
Dia memperkirakan, setengah dari wanita Turkiye memakai jilbab hari ini.
Baca juga: Turkiye Menahan 22 Orang Terkait Ledakan Bom di Istanbul, Satu Terpantau Menunggu Sebelum Ledakan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.