Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wahyu Suryodarsono
Tentara Nasional Indonesia

Indonesian Air Force Officer, and International Relations Enthusiast

Perlombaan Senjata Nuklir dan Gerakan Anti-Perang

Kompas.com - 09/12/2022, 15:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hal ini jelas mengekang kebebasan berpikir, sebagaimana yang terdapat dalam konsep hak asasi manusia. Seiring berjalannya waktu, para penolak perang terus bersuara dan mendapatkan perhatian dunia, tak terkecuali saat Perang Dunia II dan Perang Dingin.

Baca juga: AS Sebut Nuklir China Kian Pesat, Kemenhan China: Itu Hanya Spekulasi

Menurut Mary Kaldor dalam buku New and Old Wars, kedua perang ini termasuk dalam periode old war. Keduanya sama-sama mulai menggunakan kemajuan teknologi sebagai bagian dari persenjataan.

Senjata nuklir, menurut Lyn Smith dalam buku Voices Against War: A Century of Protest, merupakan salah satu pendorong semakin gencarnya gerakan anti-perang dan perlucutan senjata nuklir.

Menentang Senjata Nuklir

Terjadinya bencana bom atom Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945 menandai berakhirnya periode perang konvensional, dan mengawali dimulainya nuclear age, sebuah zaman saat perkembangan senjata nuklir meningkat secara tajam.

Saat itu, dimensi peperangan menjadi lebih menakutkan akibat dari jumlah korban tewas yang dihasilkan dari serangan senjata nuklir. Tak hanya korban jiwa, beberapa korban selamat pun merasakan efek yang sangat fatal akibat radiasi yang ditimbulkan ledakan bom tersebut.

Hal itu membuat gerakan-gerakan anti-perang berevolusi ke tingkat yang lebih tinggi, dengan mengecam senjata nuklir sebagai sebuah “kejahatan baru terhadap kemanusiaan".

Setelah Perang Dunia II berakhir, perlombaan senjata berubah menjadi bipolar serta didominasi oleh AS dan Uni Soviet, dua poros kekuatan baru yang saling bertentangan secara ideologis. Hal ini menandai dimulainya Perang Dingin, yang memiliki ciri khas adanya kompetisi antar ideologi, penggunaan spionase, banyaknya perang proxy, dan perlombaan senjata nuklir dari tahun 1945 hingga 1990.

Selain itu, perekrutan prajurit dengan sistem wajib militer juga masih terus terjadi di berbagai belahan dunia. Protes publik pun akhirnya menyeruak dan melahirkan berbagai gerakan pasifis, anti-perang, anti-kekerasan, sekaligus kampanye perlucutan senjata nuklir.

Di Inggris, sebuah kelompok pasifis kecil dari Peace Pledge Union (PPU) membentuk suatu komisi anti-kekerasan, yang kemudian berubah menjadi organisasi bernama Operation Gandhi (dan selanjutnya berubah menjadi Direct Action Committee (DAC)). Mereka meminta diakhirinya program nuklir, keluarnya Inggris dari keanggotaan NATO, serta menuntut AS untuk angkat kaki dari negaranya.

Aksi itu semakin gencar dengan tetap dilaksanakannya berbagai pengetesan bom hidrogen, baik oleh AS maupun Uni Soviet. Perhatian publik yang besar pasca pengetesan bom-bom hidrogen oleh AS akhirnya melahirkan Campaign for Nuclear Disarmament (CND) pada tanggal 17 Februari 1958.

Gerakan DAC dan CND akhirnya berjalan secara beriringan. Tuntutan mereka kepada pemerintah Inggris, AS, serta Uni Soviet pun sejalan: hentikan pengetesan, pembuatan, ataupun segala bentuk penyimpanan senjata nuklir secepatnya. Gerakan-gerakan serupa akhirnya juga lahir dan bermunculan, membuat mobilisasi massa yang turun ke jalan dan mengikuti aksi protes menjadi perhatian publik internasional.

Baca juga: Persenjataan Nuklir China Diprediksi Meningkat 3 Kali Lipat pada 2035, AS Ketar-ketir

Hal itu yang menurut David Owen, seorang politisi Inggris kala itu, sebut sebagai "megaphone diplomacy. 

Situasi kembali berkembangnya isu-isu terkait pengembangan senjata nuklir saat ini perlu menjadi perhatian. Friksi geopolitik yang terjadi antar ketiga negara (AS, Rusia, dan China) saat ini tentu membuat perlombaan senjata menjadi tak terelakkan.

Dunia perlu kembali diingatkan akan efek destruktif yang ditimbulkan dari senjata nuklir, terutama saat kejadian Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945. Cara-cara non-kekerasan tetap harus dikedepankan dalam penyelesaian konflik, sehingga dunia tidak perlu kembali jatuh kepada zaman Perang Dingin, ataupun perang dunia seperti di masa lalu.

Meskipun Indonesia berpotensi hanya menjadi pengamat dalam konflik semacam ini, namun efek langsungnya juga pasti akan terasa apabila perlombaan senjata nuklir terus terjadi dan dunia jatuh kepada Perang Dingin jilid II, atau bisa jadi, Perang Dunia III.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Global
AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

Global
AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Global
Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com