Mulai Oktober 2022, tunjangan maksimum adalah 934 euro (sekitar Rp 14,2 juta) sebulan, asalkan mahasiswa tidak tinggal di rumah yang sama dengan orang tua mereka.
Menurut Aust, itu tidak menyelesaikan masalah karena tingkat inflasi 10 persen saat ini "hanya menelan" kenaikan itu.
Rahel Schuessler dari Free Association of Students, yang mewakili hampir sepertiga dari semua yang berkuliah di Jerman, juga percaya bahwa peningkatan itu tidak cukup. "Tingkat maksimum tunjangan mahasiswa masih di bawah ambang kemiskinan di Jerman," katanya.
Di Jerman, seseorang dianggap berisiko miskin jika mereka hidup dengan kurang dari 1.251 euro (Sekitar Rp 19,1 juta) per bulan.
Baca juga: Kanselir Jerman Scholz: Putin Gunakan Energi Sebagai Senjata
Karena meningkatnya biaya hidup, sekarang tidak jarang bagi mahasiswa untuk mengambil hingga dua pekerjaan paruh waktu untuk membiayai studi mereka.
"Mereka sebenarnya bekerja untuk bisa belajar. Namun, karena bekerja mereka tidak bisa belajar lagi," kata Schuessler.
Tidak ada statistik resmi tentang berapa banyak mahasiswa yang putus sekolah dalam dua tahun terakhir, tetapi Schuessler telah mendengar dari banyak mahasiswa bahwa keuangan telah menjadi masalah yang besar.
"Mahasiswa juga memutuskan untuk putus kuliah karena kenaikan harga. Mungkin tidak hanya mencari pekerjaan paruh waktu, tetapi justru bekerja 40 jam seminggu."
Para ahli juga melihat tunjangan energi sebesar 200 euro (sekitar Rp 3 juta)--yang akan dibayarkan oleh pemerintah sebagai bonus satu kali kepada mahasiswa--tidak lebih dari "gerakan simbolis."
Aust juga menerangkan bahwa masih "sama sekali tidak jelas bagaimana uang itu seharusnya sampai ke mahasiswa."
Satu dari dua mahasiswa menerima dukungan keuangan dari orangtua mereka, menurut sebuah studi oleh Asosiasi Nasional Jerman untuk Urusan Kemahasiswaan.
Bagi Aust, jelas bahwa kenaikan harga pangan dan energi juga akan berdampak pada kesempatan berpendidikan di Jerman dalam jangka menengah.
"Mereka yang kekurangan uang akan berpikir dua kali atau bahkan tiga kali sebelum menyekolahkan anak-anaknya. Atau apakah mereka lebih memilih jalan yang lebih tradisional dan mencari nafkah daripada berinvestasi lebih jauh dalam pendidikan," katanya.
Menurut Kantor Statistik Federal, jumlah mahasiswa tahun pertama terus menurun pada tahun 2021. Ada alasan demografis untuk penurunan pendaftaran baru, tetapi juga sebagian karena pandemi Covid-19--mengapa berkuliah ketika hanya bisa berkegiatan di rumah?
Baca juga: Cerita WNI Kuliah S2 Teknik Fisika di Jerman: Pintar Aja Enggak Cukup
Universitas adalah tempat umum pertama yang menutup fasilitas ketika pandemi dimulai pada musim semi 2020. Dan yang terakhir membukanya kembali.