Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa di Jerman di Ambang Kemiskinan

Kompas.com - 01/11/2022, 09:37 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Mulai Oktober 2022, tunjangan maksimum adalah 934 euro (sekitar Rp 14,2 juta) sebulan, asalkan mahasiswa tidak tinggal di rumah yang sama dengan orang tua mereka.

Menurut Aust, itu tidak menyelesaikan masalah karena tingkat inflasi 10 persen saat ini "hanya menelan" kenaikan itu.

Rahel Schuessler dari Free Association of Students, yang mewakili hampir sepertiga dari semua yang berkuliah di Jerman, juga percaya bahwa peningkatan itu tidak cukup. "Tingkat maksimum tunjangan mahasiswa masih di bawah ambang kemiskinan di Jerman," katanya.

Di Jerman, seseorang dianggap berisiko miskin jika mereka hidup dengan kurang dari 1.251 euro (Sekitar Rp 19,1 juta) per bulan.

Baca juga: Kanselir Jerman Scholz: Putin Gunakan Energi Sebagai Senjata

Subsidi energi bagaikan setetes air di lautan

Karena meningkatnya biaya hidup, sekarang tidak jarang bagi mahasiswa untuk mengambil hingga dua pekerjaan paruh waktu untuk membiayai studi mereka.

"Mereka sebenarnya bekerja untuk bisa belajar. Namun, karena bekerja mereka tidak bisa belajar lagi," kata Schuessler.

Tidak ada statistik resmi tentang berapa banyak mahasiswa yang putus sekolah dalam dua tahun terakhir, tetapi Schuessler telah mendengar dari banyak mahasiswa bahwa keuangan telah menjadi masalah yang besar.

"Mahasiswa juga memutuskan untuk putus kuliah karena kenaikan harga. Mungkin tidak hanya mencari pekerjaan paruh waktu, tetapi justru bekerja 40 jam seminggu."

Para ahli juga melihat tunjangan energi sebesar 200 euro (sekitar Rp 3 juta)--yang akan dibayarkan oleh pemerintah sebagai bonus satu kali kepada mahasiswa--tidak lebih dari "gerakan simbolis."

Aust juga menerangkan bahwa masih "sama sekali tidak jelas bagaimana uang itu seharusnya sampai ke mahasiswa."

Pendaftar mahasiswa baru lebih sedikit

Satu dari dua mahasiswa menerima dukungan keuangan dari orangtua mereka, menurut sebuah studi oleh Asosiasi Nasional Jerman untuk Urusan Kemahasiswaan.

Bagi Aust, jelas bahwa kenaikan harga pangan dan energi juga akan berdampak pada kesempatan berpendidikan di Jerman dalam jangka menengah.

"Mereka yang kekurangan uang akan berpikir dua kali atau bahkan tiga kali sebelum menyekolahkan anak-anaknya. Atau apakah mereka lebih memilih jalan yang lebih tradisional dan mencari nafkah daripada berinvestasi lebih jauh dalam pendidikan," katanya.

Menurut Kantor Statistik Federal, jumlah mahasiswa tahun pertama terus menurun pada tahun 2021. Ada alasan demografis untuk penurunan pendaftaran baru, tetapi juga sebagian karena pandemi Covid-19--mengapa berkuliah ketika hanya bisa berkegiatan di rumah?

Baca juga: Cerita WNI Kuliah S2 Teknik Fisika di Jerman: Pintar Aja Enggak Cukup

Lebih banyak penutupan universitas dipertimbangkan

Universitas adalah tempat umum pertama yang menutup fasilitas ketika pandemi dimulai pada musim semi 2020. Dan yang terakhir membukanya kembali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Global
Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Internasional
Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Global
Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com