Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Disangka "Baby Sitter", Perempuan Indonesia yang Nikah dengan WNA Ini Ingin Patahkan Stigma

Kompas.com - 17/10/2022, 14:02 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

MELBOURNE, KOMPAS.com - Muntini Cooper mengira, dengan mengundang keluarga besar dan tetangganya ke pernikahannya di Trenggalek, Jawa Timur, orang akan berhenti berasumsi.

Namun, kenyataannya tidak demikian.

"Saya pikir ini sudah cukup membuktikan bahwa ini loh kami menikah sah, tapi ternyata itu pun tidak cukup," katanya.

Baca juga: Remaja Jadi Pelaku Penembakan WNI di Texas, KJRI Houston Pantau Proses Hukum

Pada 2003, Muntini bertemu dengan pria berkewarganegaraan Australia, Gary Cooper, yang kala itu bekerja di perusahaan tambang Australia di Indonesia.

Keduanya jatuh cinta dan menikah setahun kemudian.

Mereka tinggal di Trenggalek selama delapan tahun sebelum pindah ke Balikpapan.

Selama di Trenggalek, Muntini sering mendapatkan pertanyaan tentang di mana ia bisa menemukan warga negara asing (WNA).

"Mereka berpikir saya itu salah satu dari pekerja migran Indonesia," katanya.

Baca juga: Alasan KJRI Houston Percepat Pemulangan Jenazah Novita WNI Korban Penembakan di Texas

"Kalau kita perempuan nikah dengan warga negara asing itu seolah-olah dulunya orang nakal atau kawin kontrak," sambungnya.

Muntini juga ingat bagaimana ketika rumah mereka berdua sedang dibangun, orang-orang berspekulasi bahwa suaminya akan meninggalkannya sebelum rumah itu rampung dibangun.

Ketika usia pernikahan mereka lima tahun, Muntini dikaruniai anak kembar perempuan.

Ia bercerita, ketika masih bayi, anak-anaknya sempat memiliki kulit putih, pipi berwarna merah jambu, dan rambut yang sedikit pirang.

Baca juga: WNI Tewas Ditembak di Texas AS, Kronologi Rumah Novita Diberondong 100 Peluru Salah Sasaran

Muntini Cooper merayakan pernikahannya di Trenggalek untuk menghindari stigma, namun usaha ini tidak cukup.ABC INDONESIA Muntini Cooper merayakan pernikahannya di Trenggalek untuk menghindari stigma, namun usaha ini tidak cukup.

Ini menjadi salah satu momen bahagia baginya dan sang suami, sebelum dirusak oleh komentar orang asing.

"Ke mana pun saya pergi, selalu dikira baby sitter," ujar Muntini.

"Setelah itu (mereka juga suka bilang) begini, 'Pasti suamimu bule ya? Makanya anakmu cantik-cantik'," imbuhnya.

Di satu titik, Muntini hanya ingin menutup diri.

Ia membatasi interaksi dengan orang-orang di luar rumah dan menghabiskan kebanyakan waktunya di rumah demi menghindari stigma.

"Itu satu-satunya cara," katanya.

Baca juga: Jenazah Novita WNI Korban Penembakan di Texas Dipulangkan ke Semarang

Mematahkan stigma

Muntini bukanlah satu-satunya warga Indonesia dalam perkawinan campur yang mengalami hal ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com