Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biden: AS Tidak Akan Pernah Akui Pencaplokan Rusia Atas Wilayah Ukraina

Kompas.com - 30/09/2022, 15:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden AS Joe Biden mengatakan, Washington tidak akan pernah mengakui upaya Rusia untuk mencaplok wilayah Ukraina.

Hal itu disampaikan Biden menjelang rencana pencaplokan resmi Rusia terhadap empat wilayah Ukraina setelah hasil referendum keluar.

Kremlin mengatakan bahwa empat wilayah Ukraina yakni Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson memilih untuk bergabung dengan Moskwa.

Baca juga: DK PBB Gelar Pemungtan Suara soal Resolusi Mengutuk Pencaplokan Rusia

Ukraina dan Barat menolak dan menyebut referendum tersebut tidak sah.

AS akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia sebagai akibat dari aneksasi tersebut, sebagaimana dilansir BBC, Jumat (30/9/2022).

“Amerika Serikat, saya ingin memperjelas tentang ini, tidak akan pernah, tidak akan pernah, tidak akan pernah mengakui klaim Rusia atas wilayah kedaulatan Ukraina,” kata Biden.

Pada Kamis (29/9/022), Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dua dekrit yang mengakui Zaporizhzhia dan Kherson sebagai wilayah merdeka.

Baca juga: Saluran Telepon Merah AS-Rusia: Sejarah, Rahasia, dan Perkembangannya Saat Ini

Pengakuan itu membuka jalan bagi Rusia untuk melakukan pencaplokan.

Media pemerintah Rusia mengatakan bahwa kemerdekaan kedua wilayah itu diakui sesuai dengan hukum internasional dan “diabadikan” dalam Piagam PBB.

Namun, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menuturkan, setiap pencaplokan wilayah suatu negara berdasarkan penggunaan kekuatan melanggar Piagam PBB dan hukum internasional.

Dalam panggilan telepon dengan Putin, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan juga menyatakan penentangannya terhadap rencana pencaplokan oleh Rusia.

Referendum di empat wilayah Ukraina yang diduduki Rusia tersebut berlangsung selama lima hari, dengan hanya sedikit pemberitahuan.

Baca juga: Jelang Pencaplokan Wilayah Ukraina oleh Rusia, Zelensky Gelar Rapat Darurat Keamanan

Rusia mengatakan, pemungutan suara dalam referendum adil dan menghasilkan kemenangan mutlak untuk bergabung dengan Rusia.

Tetapi tidak ada pemantau independen di sana. Selain itu, muncul sejumlah laporan tentang orang-orang yang diintimidasi tentara Rusia bersenjata untuk memilih.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, referendum tersebut tidak ada valid.

Sementara penasihat Zelensky, Mykhailo Podolyak, menyebut referendum itu sebagai kekerasan massal.

"Bayangkan, ada tank tentara pendudukan dan di rumah-rumah dan apartemen orang-orang yang belum pergi. Militer mengarahkan senjata otomatis ke wajah orang-orang dan mengatakan ‘pilih’,” kata Podolyak.

Baca juga: Putin Akui Ada Kekeliruan dalam Mobilisasi Parsial yang Picu Ribuan Warga Rusia Kabur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com