KOMPAS.com – Berita fakta sejarah bahwa keberadaan perempuan tak berjilbab adalah hal yang umum di Iran sebelum 1979 memuncaki daftar Populer Global kali ini.
Di bawahnya, ada berita mengenai Presiden Korea Selatan yang diduga menghina anggota parlemen Amerika Serikat (AS) ketika mikofon masih hidup.
Berita internasional yang paling banyak dibaca selanjutnya di kanal Global Kompas.com, yakni mengenai Presiden Iran menyampaikan komitmen akan menyelidiki kematian Mahsa Amini.
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Demo Pecah di 15 Kota Iran Usai Kematian Mahsa Amini | Trump Tipu Otoritas AS
Untuk lebih lengkapnya, berikut rangkuman daftar Populer Global edisi Jumat (23/9/2022) hingga Sabtu (24/9/2022) pagi yang dapat disimak:
Di Iran, berdasarkan peraturan yang bersumber pada interpretasi hukum islam, kaum perempuan kini diwajibkan menutup rambut dengan hijab dan mengenakan pakaian panjang-longgar untuk menutup lekuk tubuh mereka.
Mahsa Amini diduga tidak menutup rambut secara sempurna dengan hijab sehingga sempat terlihat saat ditangkap di Ibu Kota Teheran pada 13 September 2022.
Dia koma setelah jatuh pingsan di tahanan dan meninggal tiga hari kemudian di rumah sakit.
Faktanya, sebelum Shah Mohammad Reza Pahlavi yang pro-Barat digulingkan oleh Revolusi Islam pada 1979, keberadaan perempuan yang memakai rok mini dan tidak berkerudung adalah hal yang umum di Kota Teheran, walau banyak pula perempuan Islam memakai hijab di Iran kala itu.
Baca selengkapnya di sini
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Mobilisasi Parsial Rusia | Kerja Santai Gaji Besar Pengasuh Kucing
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol terdengar di mikrofon dan terlihat di kamera seperti menghina anggota parlemen Amerika Serikat (AS).
Insiden itu terjadi setelah pertemuan singkatnya dengan Presiden AS Joe Biden di di Global Fund, New York, untuk membahas beragam isu strategis, termasuk subsidi kendaraan listrik AS yang ingin diubah oleh Korea Selatan.
"Bagaimana mungkin Biden tidak kehilangan muka jika para keparat ini tidak mendukungnya di Kongres?" kata Yoon, tampaknya berbicara tentang dorongan Biden untuk meningkatkan kontribusi AS ke Global Fund, yang akan membutuhkan persetujuan kongres.
Baca selengkapnya di sini
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Gempa Besar Meksiko | Penjelasan Jokowi Tak Hadiri Pemakaman Ratu Elizabeth II
Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Kamis (12/9/2022) mengatakan kematian Mahsa Amini yang memicu protes perlu diselidiki.
Pada konferensi pers di New York, di sela-sela menghadiri Majelis Umum PBB, Raisi mengulangi kesimpulan petugas yang melakukan pemeriksaan mayat bahwa Mahsa Amini yang berusia 22 tahun tidak dipukuli.