Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER GLOBAL] Perempuan Tak Berjilbab Dulu Umum di Iran | Presiden Korsel Diduga Hina AS

Kompas.com - 24/09/2022, 05:29 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Berita fakta sejarah bahwa keberadaan perempuan tak berjilbab adalah hal yang umum di Iran sebelum 1979 memuncaki daftar Populer Global kali ini.

Di bawahnya, ada berita mengenai Presiden Korea Selatan yang diduga menghina anggota parlemen Amerika Serikat (AS) ketika mikofon masih hidup.

Berita internasional yang paling banyak dibaca selanjutnya di kanal Global Kompas.com, yakni mengenai Presiden Iran menyampaikan komitmen akan menyelidiki kematian Mahsa Amini.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Demo Pecah di 15 Kota Iran Usai Kematian Mahsa Amini | Trump Tipu Otoritas AS

Untuk lebih lengkapnya, berikut rangkuman daftar Populer Global edisi Jumat (23/9/2022) hingga Sabtu (24/9/2022) pagi yang dapat disimak:

1. Sebelum 1979, Perempuan Pakai Rok Mini dan Tidak Berjilbab Umum di Iran

Di Iran, berdasarkan peraturan yang bersumber pada interpretasi hukum islam, kaum perempuan kini diwajibkan menutup rambut dengan hijab dan mengenakan pakaian panjang-longgar untuk menutup lekuk tubuh mereka.

Mahsa Amini diduga tidak menutup rambut secara sempurna dengan hijab sehingga sempat terlihat saat ditangkap di Ibu Kota Teheran pada 13 September 2022.

Dia koma setelah jatuh pingsan di tahanan dan meninggal tiga hari kemudian di rumah sakit.

Faktanya, sebelum Shah Mohammad Reza Pahlavi yang pro-Barat digulingkan oleh Revolusi Islam pada 1979, keberadaan perempuan yang memakai rok mini dan tidak berkerudung adalah hal yang umum di Kota Teheran, walau banyak pula perempuan Islam memakai hijab di Iran kala itu.

Baca selengkapnya di sini

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Mobilisasi Parsial Rusia | Kerja Santai Gaji Besar Pengasuh Kucing

2. Mikrofon Masih Hidup, Presiden Korea Selatan Terdengar Hina AS, Lalu Bantah

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol terdengar di mikrofon dan terlihat di kamera seperti menghina anggota parlemen Amerika Serikat (AS).

Insiden itu terjadi setelah pertemuan singkatnya dengan Presiden AS Joe Biden di di Global Fund, New York, untuk membahas beragam isu strategis, termasuk subsidi kendaraan listrik AS yang ingin diubah oleh Korea Selatan.

"Bagaimana mungkin Biden tidak kehilangan muka jika para keparat ini tidak mendukungnya di Kongres?" kata Yoon, tampaknya berbicara tentang dorongan Biden untuk meningkatkan kontribusi AS ke Global Fund, yang akan membutuhkan persetujuan kongres.

Baca selengkapnya di sini

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Gempa Besar Meksiko | Penjelasan Jokowi Tak Hadiri Pemakaman Ratu Elizabeth II

3. Presiden Iran Bersumpah Akan Selidiki Kematian Mahsa Amini yang Ditahan karena Jilbab

Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Kamis (12/9/2022) mengatakan kematian Mahsa Amini yang memicu protes perlu diselidiki.

Pada konferensi pers di New York, di sela-sela menghadiri Majelis Umum PBB, Raisi mengulangi kesimpulan petugas yang melakukan pemeriksaan mayat bahwa Mahsa Amini yang berusia 22 tahun tidak dipukuli.

Kesimpulan itu diketahui telah ditolak atau dibantah oleh pengunjuk rasa.

Baca selengkapnya di sini

4. Menlu Rusia Terus Membela Diri atas Serangan di Ukraina, Ogah Dengar Kecaman

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membela serangan negaranya di Ukraina di hadapan Dewan Keamanan PBB pada Kamis (22/9/2022).

Hal itu disampaikan Lavrov ketika PBB memperingatkan Rusia agar tidak mencaplok wilayah Ukraina dan para menteri Barat menyerukan pertanggungjawaban atas kekejaman.

Lavrov hanya berada di ruang dewan untuk menyampaikan pidatonya pada pertemuan 15 anggota badan tersebut.

Baca selengkapnya di sini

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Pemakaman Ratu Elizabeth II | Update Gempa Taiwan

5. Demo Iran Pecah di 80 Kota Usai Kematian Mahsa Amini

Badan Intelijen Iran telah memperingatkan warga yang mengikuti unjuk rasa yang semakin memanas belakangan ini bahwa mereka telah melanggar hukum dan bisa dituntut.

Pernyataan tersebut tertulis di situs berita Iran setelah unjuk rasa terjadi sejak meninggalnya Mahsa Amini, yang ditangkap karena mengenakan pakaian "tidak senonoh".

Aksi unjuk rasa tersebut sudah menyebar ke lebih dari 80 kota di Iran, dan didominasi partisipan perempuan yang melambaikan dan membakar jilbab, hingga memotong rambut mereka di depan umum.

Baca selengkapnya di sini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com