Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Relasi Pelik Asia Selatan dengan Kerajaan Inggris

Kompas.com - 15/09/2022, 21:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

NEW DELHI, KOMPAS.com - Ribuan pesan duka membanjiri media sosial di India dan Pakistan ketika Ratu Elizabeth II meninggal dunia, Kamis (8/9/2022) lalu.

Dia diangkat menjadi ratu pada 1952, lima tahun setelah India dan Pakistan merdeka dari penjajahan Inggris. Tidak heran, jika trauma kolonialisme masih membekas kuat pada banyak warga saat itu.

Namun begitu, diplomasi Elizabeth II justru mendulang rasa simpati dan hormat dari masyarakat di bekas wilayah jajahannya itu. "Peran Ratu Elizabeth II antara 1952 dan 1956 sangatlah pasif. Dia sengaja menjauhkan diri untuk tidak mengintervensi urusan dalam negeri Pakistan," kata Mazhar Abbas, ahli sejarah di Universitas Faisalabad.

Baca juga: Isu Referendum Negara Persemakmuran Muncul Usai Ratu Elizabeth II Wafat

Tanpa kekuasaan resmi, dia lebih sering berurusan dengan India dan Pakistan melalui ikatan negara persemakmuran.

"Politisi India mengaguminya karena perannya yang menstabilkan politik Inggris," kata sejarawan lain, Rakesh Batabyal.

"Meski sejarah mencatat kekejaman era kolonial, hubungan kami dengan kerajaan Inggris setelah kemerdekaan berlangsung baik. Ratu berulangkali mengunjungi Pakistan dan merawat relasi yang baik dengan pemimpin-pemimipin kami," kata Shazia Marri, Menteri Pengentasan Kemiskinan Pakistan.

Asif Nazrul, Guru Besar di Universitas Dhaka, Bangladesh, menyuarakan sentimen serupa. "Meski warisan kolonialisme, banyak warga di Bangladesh berduka. Kita tidak bisa hidup di masa lalu selamanya."

Baca juga: Suasana London Saat Penghormatan Terakhir untuk Ratu Elizabeth II

Hubungan yang rumit

Tidak semua menyukai gaya kepemimpinannya yang dinilai abai terhadap dampak kolonialisme. Pendekatan "non-intervensi" yang dia gariskan misalnya mewarisi konflik di Kashmir yang masih bertahan hingga kini.

Elizabeth II sempat menjadi "Ratu Pakistan," sebelum Islamabad membubarkan kerajaan pada 23 Maret 1956, dan menjadi sebuah negara republik. "Dia tidak pernah memanfaatkan forum persemakmuran untuk menuntaskan konflik Kashmir antara India dan Pakistan", kata Abbas, sejarawan Pakistan.

"Dia bisa saja memperkuat demokrasi parlementer di Pakistan. Dia misalnya bisa mengintervensi pada 1953, ketika Gubernur Jendral Pakistan, Ghulan Muhammad, memecat Perdana Menteri Khawaja Nazimuddin. Dia sempat meminta Ratu agar mencabut keputusan Muhammad," kata dia.

Baca juga: Menilik Mewahnya Mahkota Ratu Elizabeth yang Dihiasi Ribuan Batu Permata, Berapa Nilainya?

Sebaliknya, Nonica Datta, sejarawan di Universitas Jawaharlal Nehru, New Delhi, mengatakan Elizabeth mendapatkan warisan kolonialisme Inggris yang rumit, ketika naik tahta.

"Dia mewakili akhir dari kerajaan Inggris dan transisi dari bekas negara jajahan menjadi negara merdeka. Sangat jarang kita bisa menemukan figur historis yang mewakili sejarah kolonial, tapi juga terikat oleh nilai-nilai demokratis dalam tatanan dunia pasca Perang Dunia II," ucap Datta.

Vijayasain Reddy, seorang anggota parlemen India, menulis meski Elizabeth II melewatkan kesempatan untuk meminta maaf kepada India atas kolonialisme yang brutal, kualitas kepemimpinan dan moralitasnya berdampak besar kepada politik Inggris.

Baca juga: Daftar Pemimpin dan Bangsawan Akan Hadiri Pemakaman Ratu Elizabeth II

Sentimen anti-kolonialisme

Shahidul KK Shuvra, jurnalis Bangladesh, mengaku dirinya kebingungan melihat ungkapan duka warga Asia Selatan terhadap kematian Elizabeth. "Masyarakat di sini lebih tertarik pada kehidupan ratu dan keluarga kerajaan ketimbang bagaimana Inggris mengeksploitasi mereka selama 200 tahun," kata dia.

Hal senada diungkapkan Saimum Parvez, analis politik di Dhaka. Menurutnya, "kematian ratu tidak berdampak kepada kehidupan kami, tidak secara sosial atau politis". Pemerintah Bangladesh sebagai reaksi mengumumkan masa berduka selama tiga hari. Meski sudah diperkirakan, langkah ini sama sekali tidak dibutuhkan, imbuhnya.

"Memang kita tidak hidup di dalam masa lalu kolonialisme. Tapi kita tidak boleh melupakan apa yang kita alami di bawah kerajaan Inggris," kata Parvez.

Sastrawan India, Rana Safvi, meyakini rasa duka atas kematian Elizabeth II tidak serta merta berarti melupakan kolonialsime. "Kita di India masih menderita karena warisan kolonialisme," ujarnya. "Kita tidak harus merayakan kerajaan Inggris."

Baca juga: Momen Pangeran Harry Menangis Saat Terima Peti Mati Ratu Elizabeth II

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com