Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Hukum Mati Seorang Pria Tak Bersalah 70 Tahun Lalu, Polisi Minta Maaf

Kompas.com - 04/09/2022, 21:47 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

LONDON, KOMPAS.com - Kepolisian Inggris menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga dari seorang pria, yang dihukum karena pembunuhan 70 tahun, karena salah menjatuhkan hukuman sehingga pria itu dieksekusi di penjara Inggris.

Mahmood Mattan, seorang Somalia Inggris, digantung pada usia 28 pada September 1952 setelah dia dihukum karena membunuh Lily Volpert di toko pakaiannya di Cardiff.

Ayah tiga anak ini telah memprotes ketidakbersalahannya sampai akhir.

Baca juga: Hamas Eksekusi Mati 5 Warga Palestina di Gaza, Dua Dituduh Bekerja Sama dengan Israel

Namun, pada 1998 setelah kampanye tak kenal lelah oleh keluarganya, hukuman atasnya menjadi rujukan Komisi Peninjauan Kasus Pidana pertama yang dibatalkan di pengadilan banding.

“Ini adalah kasus yang sangat sering terjadi – rasisal, bias, dan prasangka akan lazim di seluruh masyarakat, termasuk sistem peradilan pidana,” kata Jeremy Vaughan, kepala polisi dari kepolisian South Wales sebagaimana dilansir Guardian pada Sabtu (3/9/2022).

“Tidak ada keraguan bahwa Mahmood Mattan adalah korban dari kegagalan keadilan sebagai akibat dari penuntutan yang cacat, di mana kepolisian jelas merupakan bagiannya.”

Detektif dari polisi kota Cardiff, sekarang bagian dari polisi South Wales, menyelidiki pembunuhan Volpert (41 tahun), yang dibunuh di toko di area dermaga pada Maret 1952.

"Benar dan tepat bahwa permintaan maaf dibuat atas nama kepolisian untuk apa yang salah besar dalam kasus ini 70 tahun yang lalu dan untuk penderitaan yang mengerikan dari keluarga Mattan dan semua yang terkena dampak tragedi ini selama bertahun-tahun,” kata Vaughan.

Baca juga: Iran Dilaporkan Eksekusi 32 Orang dalam Sepekan

“Bahkan sampai hari ini, kami masih bekerja keras untuk memastikan bahwa rasisal dan prasangka diberantas dari masyarakat dan kepolisian.”

Istri Mattan, Laura, dan ketiga putra mereka David, Omar dan Mervyn telah berkampanye selama 46 tahun agar ayahnya dibersihkan sejak kematiannya.

Tanya Mattan, cucu perempuan Mattan, mengatakan kepada BBC bahwa permintaan maaf itu "terlalu terlambat bagi orang-orang yang terkena dampak langsung karena mereka tidak lagi bersama kami dan kami masih belum mendengar kata-kata saya/kami minta maaf."

Dia didakwa dan dihukum oleh juri kulit putih dalam persidangan tiga hari di Swansea, meskipun tidak ada bukti forensik dan alibi Mattan didukung oleh saksi.

Mattan hanya bisa sedikit berbicara bahasa Inggris dan selama persidangan pengacara pembelanya sendiri menyebutnya "semi-beradab".

Pada 2001 keluarga Mattan menerima kompensasi dari Home Office tetapi belum menerima permintaan maaf secara langsung dari polisi sampai sekarang.

Baca juga: Junta Militer Myanmar Eksekusi 4 Aktivis Demokrasi, Pengadilan Digelar Tertutup

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com