Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Perubahan Iklim, Satwa Liar Jepang Lebih Ganas Serang Warga

Kompas.com - 15/08/2022, 09:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

TOKYO, KOMPAS.com - Perubahan signifikan terhadap lanskap pedesaan di Jepang telah menyebabkan perubahan perilaku hewan liar di negara itu, yang mengarah pada pemberontakan mereka terhadap manusia, menjadi lebih ganas, dan lebih sering terjadi.

Di tahun-tahun sebelumnya, beruang mendominasi serangan terhadap manusia, bersamaan dengan amukan dari babi hutan sesekali. Namun, terdapat peningkatan tajam dari jumlah laporan serangan kawanan monyet pada musim panas ini. Sementara itu, pihak berwenang di salah satu kota pesisir juga telah memperingatkan adanya perlawanan agresif dari kawanan lumba-lumba terhadap para perenang.

Sedangkan di masa lalu, konfrontasi semacam itu hanya terjadi ketika manusia tengah tersesat di hutan atau saat para pencari jamur dan sayuran di gunung yang diserang oleh beruang. Namun, sekarang insiden semacam itu justru semakin banyak terjadi di pinggiran beberapa kota terbesar di Jepang.

Baca juga: Rombak Kabinet, PM Jepang Copot 7 Menteri yang Terkait dengan Gereja Unifikasi

Beruang coklat ditembak mati

Pada Juni tahun lalu, pemburu dipanggil untuk menembak beruang coklat yang melukai empat orang di prefektur Hokkaido.NORIAKI SASAKI/AP PHOTO/PICTURE ALLIANCE via DW INDONESIA Pada Juni tahun lalu, pemburu dipanggil untuk menembak beruang coklat yang melukai empat orang di prefektur Hokkaido.

Pada Juni 2021, pemburu dipanggil untuk menembak beruang coklat yang telah melukai empat orang di wilayah pinggiran Sapporo, kota terbesar di pulau utara Hokkaido. Pihak berwenang bahkan sampai menutup bandara kota, 42 sekolah, dan mengunci pangkalan militer mereka, sebelum akhirnya beruang setinggi 2 meter itu dieksekusi.

Dalam waktu enam bulan hingga November 2020, rekor dengan total 13.670 beruang terlihat di seluruh wilayah Jepang. Tidak kurang dari 63 warga Jepang terluka dalam serangan tersebut, bahkan dua di antaranya meninggal.

Di selatan Jepang, penduduk pulau kecil Kakara tengah mempertimbangkan untuk mengungsi karena babi hutan telah mengambil alih teritorial mereka, hingga menghancurkan tanaman labu dan juga ubi jalar milik warga, bahkan babi hutan itu juga menjadi semakin agresif.

Baca juga: PM Jepang Akan Copot Menteri Pertahanan, Ini Alasannya

Situasi menjadi sangat buruk sehingga orang tua tidak dapat mengizinkan anak-anak mereka kembali bermain di luar rumah, karena takut anak-anak mereka akan diserang oleh hewan-hewan liar itu.

Pada musim panas ini, media Jepang juga telah meliput sejumlah laporan bentrokan antara pasukan monyet dan penduduk setempat. Dalam beberapa kasus, simpanse nakal itu telah memasuki pekarangan rumah warga, bahkan membuka jendela dan tak segan-segan merobek tirai nyamuk, menggigit, dan mencakar hingga melukai warga.

Otoritas setempat di Prefektur Yamaguchi telah melaporkan sebanyak 66 insiden yang terjadi hanya pada bulan Juli lalu dan mengimbau kepada penduduk setempat untuk tidak melakukan kontak mata dengan monyet-monyet tersebut, karena dapat dianggap sebagai tantangan dan menjadi faktor pemicu serangan.

Pihak berwenang juga telah memasang beberapa perangkap dan melakukan patroli. Alhasil, dua monyet yang sangat agresif berhasil ditangkap dan disuntik mati.

"Saya pikir, statistik telah mengonfirmasi bahwa kita melihat lebih banyak kasus dalam beberapa tahun terakhir daripada tahun-tahun sebelumnya," kata Mariko Abe, perwakilan dari Masyarakat Konservasi Alam Jepang.

Baca juga: China Kutuk Kunjungan Pelosi, Jepang Ikut Khawatir

Dampak perubahan iklim

Alasan utama penyebab serangan kawanan hewan ke permukiman warga adalah karena mereka kehilangan habitat aslinya.ROBIN UTRECHT/PICTURE ALLIANCE via DW INDONESIA Alasan utama penyebab serangan kawanan hewan ke permukiman warga adalah karena mereka kehilangan habitat aslinya.

"Tampaknya ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan inside-insiden ini, tapi saya pikir salah satu faktor terbesar, terutama yang terjadi pada tahun ini adalah efek dari perubahan iklim," tambah Abe kepada tim DW.

"Selama sekitar satu dekade terakhir, musim hujan bulan Juni yang biasanya berlangsung selama sekitar satu bulan itu menjadi lebih pendek dan curah hujan pun menurun," katanya. "Dan tahun ini sangat ekstrem."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com