Salah satu contoh menonjol adalah buku Unrestricted Warfare, diterbitkan tahun 1999 oleh dua kolonel PLA. Analisis dan argumen buku tersebut diarahkan pada satu tujuan dasar: identifying weaknesses in the U.S. military and ways of exploiting them.
Penulis buku itu menjelaskan secara rinci bagaimana strategi dan kelemahan Amerika; ketergantungan yang tidak semestinya pada teknologi, keengganan yang hipersensitif terhadap korban, kelemahan dalam integrasi perang bersama.
Selain analisis militer, asumsi yang mendasari Unrestricted Warfare adalah bahwa AS merupakan musuh bebuyutan China dan bahwa suatu hari nanti China harus menghadapi musuhnya secara militer.
Cendekiawan AS terkemuka urusan China, Michael Pillsbury, menyatakan telah mempelajari materi yang tersedia dari ahli strategi militer di China dan tidak ada satu pun, dari lebih dari 200 buku yang diulas dalam studinya, yang "mengakui bahwa AS dapat mengalahkan China dalam skenario apapun, tetapi banyak teknik yang diajukan mengalahkan pasukan AS” (America's Coming War with China: A Collision Course over Taiwan. 2006).
Selain itu, “tema umum dalam perang PLA adalah bahwa Amerika dinyatakan sebagai declining power dan dalam dua atau tiga dekade akan hilang". Banyak lagi nada bercampur permusuhan dan penghinaan terhadap AS.
Jika pandangan ahli strategis China bertemu dengan pendekatan historis kebijakan luar negeri AS di Georgia dan Ukraina, rasanya perang nirmiliter sedang terjadi. Bagaimana saat ini AS sedang melakukan peperangan nirmiliter mencegah perang dengan manuver-manuver latihan gabungan, manuver kapal induk AS di Selat Taiwan dan berbagai tindakan diplomatik dan pernyataan psywar terhadap Tiongkok.
Baca juga: Kapal Perang China dan Taiwan Berhadapan di Selat Taiwan, Bermanuver Bagai Kucing dan Tikus
Usaha-usaha AS ini diharapkan memiliki deterrence effect sehingga China tidak berani dan berpikir seribu kali untuk menjalankan aksi militer terhadap Taiwan.
AS justru sekarang sedang melakukan perang urat saraf dan mengulur-ulur Taiwan agar tetap pada status quo. Namun, jika aksi militer benar-benar dijalankan China terhadap Taiwan, itu artinya upaya AS gagal untuk mempertahankan Taiwan. Karena AS akan menjalankan skenario seperti di Georgia dan Ukraina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.