Ironisnya, Kanhaiya sebenarnya seolah telah dilupakan di Murhawan, sebuah desa sepi berpenduduk 1.500 orang, mayoritas beragama Hindu kasta atas.
Gopal Singh, seorang pengacara senior di Mahkamah Agung sekaligus kerabatnya, mengingat sosok Kanhaiya sebagai anak yang "pemalu dan ramah".
"Ketika pria itu muncul empat tahun kemudian, dia sama sekali tidak mirip dengan Kanhaiya, tetapi ayahnya bersikeras bahwa pria itu adalah putranya yang hilang. Jadi apa yang bisa kami lakukan?"
Baca juga: AS Sahkan Vaksin Covid-19 Pertama untuk Bayi dan Anak-anak di Bawah 5 Tahun
Kameshwar Singh merupakan seorang tuan tanah berpengaruh yang diperkirakan memiliki lebih dari 60 hektare tanah. Dia meninggal dunia pada 1991.
Selama hampir empat dekade, dia terpilih sebagai pemimpin dewan desa. Kerabatnya berprofesi sebagai pengacara di Mahkamah Agung hingga anggota parlemen.
Singh memiliki tujuh anak perempuan dan satu anak laki-laki dari dua pernikahannya. Kanhaiya merupakan yang bungsu, anak kesayangan sekaligus pewarisnya. Menariknya, Singh tidak pernah datang ke pengadilan untuk membela Gosain.
"Saya telah memberi tahu penduduk desa, kalau kami menemukan pria itu (Gosain) bukan anak saya, kami akan mengembalikannya," kata Singh kepada polisi.
Kasus ini telah didengar oleh setidaknya belasan hakim selama empat dekade. Sampai akhirnya, pengadilan baru menggelar sidang selama 44 hari sejak Februari 2022 dan membacakan putusannya pada awal April silam.
Hakim Mishra memvonis Gosain bersalah. Pada Juni lalu. Pengadilan yang lebih tinggi memperkuat putusan itu dan menjatuhkan hukuman tujuh tahun penjara kepada Gosain.
Menurut pengadilan, tujuh saksi yang meringankan Gosain tidak dapat dipercaya.
Baca juga: Agen Mata-mata Rusia Coba Susupi Pengadilan Kejahatan Perang, Menyamar Jadi Anak Magang
Drama di pengadilan mencapai klimaksnya dengan pembelaan yang menunjukkan sebuah sertifikat kematian atas nama Dayanand Gosain.
Namun data yang tercantum di dalam sertifikat itu tidak konsisten. Sertifikat itu diterbitkan pada Mei 2014, tapi menyatakan bahwa Gosain meninggal pada Januari 1982.
Seorang polisi, Chittaranjan Kumar, mengatakan bahwa dia tidak menemukan catatan kematian Gosain setelah memeriksa data di wilayah itu, dan menyatakan bahwa sertifikat itu "jelas palsu".
Pengadilan pernah bertanya kepada para saksi dari pihak Gosain, mengapa sertifikat kematian dibuat 32 tahun setelah kematian. Mereka juga membantah bahwa itu adalah pemalsuan.
"Untuk membuktikan dirinya sebagai Kanhaiya, Gosain membunuh dirinya sendiri," kata Hakim Mishra.
Bukti yang memperkuat kebohongan Gosain adalah penolakannya untuk memberikan sampel DNA. Padahal permintaan sampel DNA pertama kali diajukan oleh penuntut pada 2014.
Baca juga: UNICEF: Anak-anak Ukraina Tak Boleh Diadopsi di Rusia
Selama delapan tahun dia menahan diri. Baru pada Februari lalu, dia menyampaikan secara tertulis penolakan untuk memberikan sampelnya.
"Tidak ada bukti lain yang diperlukan sekarang," kata pengadilan. "Terdakwa tahu bahwa tes DNA akan mengungkap klaim palsunya."
"Beban pembuktian terletak pada terdakwa untuk membuktikan identitasnya," tambah hakim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.