Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Skandal Perdagangan Anak Berkedok Adopsi dari Indonesia ke Belanda

Kompas.com - 13/06/2022, 16:46 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagian besar warga Indonesia akan mengira mereka yang diadopsi oleh warga asing dan tinggal ke luar negeri adalah orang-orang yang beruntung dan sudah pasti hidup bahagia. Namun nyatanya, tak demikian adanya.

Itu yang dialami sebagian dari 3.000 anak Indonesia yang diadopsi ke Belanda, dengan dokumen palsu, selama satu dekade hingga 1983. Pencarian jati diri menjadi pergulatan batin tersendiri bagi mereka, sepanjang hidup.

Baca juga: 20 Persen Wilayah Ukraina Dikuasai Rusia, Setara Luas Gabungan Belanda, Belgia, dan Luksemburg

Jurnalis BBC Indonesia Ayomi Amindoni mengawali penelusuran tentang skandal adopsi di masa lalu ini dengan rasa takjub: Bagaimana rasanya menjadi manusia dengan identitas yang tak menentu dan asal-usul yang buram?

Betapa beratnya terus-menerus meragukan nama, waktu kelahiran dan nama orang tua sendiri sepanjang hidup?

Krisis identitas dan trauma adalah dua hal yang kerap dirasakan oleh mereka yang diadopsi secara ilegal - yang hingga kini kesulitan mencari orang tua kandungnya di Indonesia.

Paling tidak, itu yang dirasakan oleh Widya Astuti Boerma, warga negara Belanda yang diadopsi dari Indonesia di penghujung 1970-an.

BBC Indonesia bertemu dengan perempuan yang akrab disapa Widya itu pada pertengahan 2021 silam, kala ia berkunjung ke Indonesia demi menindaklanjuti beberapa petunjuk pencarian ibu kandungnya yang ia dapat dari warganet Indonesia.

Utas tentang pencarian ibu kandungnya sempat viral di dunia maya setahun sebelumnya, hingga informasi baru bermunculan, termasuk orang-orang yang mengaku sebagai ibu kandungnya dan kepastian tentang "ibu palsu" yang ia temui pada 1991.

Ia tiba di Indonesia kala kebijakan Covid di Indonesia masih sangat ketat, sehingga ia harus menghabiskan lima hari pertamanya di Indonesia di fasilitas karantina.

Widya menempuh perjalanan sejauh 11.000 km dari Belanda ke Indonesia demi menemukan ibu kandungnya.AYOMI AMINDONI via BBC INDONESIA Widya menempuh perjalanan sejauh 11.000 km dari Belanda ke Indonesia demi menemukan ibu kandungnya.

Baca juga: Seorang Ibu Ikat Anak Lima Tahun di Atap Saat Panas Terik sebagai Hukuman, Kejahatan Terbongkar karena Tetangga

Ramah dan terbuka, kesan itu yang saya tangkap ketika kami pertama berjumpa. Ia sangat berterus terang, tapi juga tampak canggung. Mungkin karena ia masih merasa asing dengan lingkungan baru di kampung halamannya.

Diadopsi ketika usianya belum sampai 5 tahun - setidaknya itu yang diklaim di surat kelahirannya - ia memiliki ingatan yang kuat tentang masa kecilnya di Indonesia.

Dalam memorinya, ia merasa pernah bersimpuh di hadapan Sultan di Yogyakarta, berlarian di kebun nanas yang membuat kakinya luka, melarikan diri dari rumah yang terbakar, menumpangi kapal feri dari Lampung, hingga hidup di jalanan ibu kota Jakarta. Bahkan, ia ingat pernah tinggal di penjara yang gelap.

Kepada BBC Indonesia, Widya menuturkan bahwa diadopsi di usia ketika sudah bisa mengingat, membawa "dampak sangat besar" bagi hidupnya di kemudian hari.

"Itu berdampak sangat besar dan saya pikir banyak orang tidak mengerti bahwa itu akan selalu menjadi bagian dari Anda. Ada bagian dari Indonesia yang tidak bisa Anda tinggalkan," ujar Widya.

"Saya sangat rindu kampung halaman selama beberapa tahun pertama saya berada di Belanda," ujarnya kemudian.

Widya dan ibu angkatnya, Edith Boerma.

WIDYA ASTUTI BOERMA via BBC INDONESIA Widya dan ibu angkatnya, Edith Boerma.

BBC Indonesia mendokumentasikan perjalanannya yang berliku selama enam pekan di Indonesia. - termasuk bertemu dengan dua perempuan yang berpotensi menjadi ibu kandungnya - juga skandal adopsi yang berkelindan dengan proses adopsi lebih dari 3.000 anak Indonesia ke Belanda dalam seri siniar produksi orisinal BBC News Indonesia, Investigasi: Skandal Adopsi.

Baca juga: Viral Kisah Haru Suami-Istri Akhirnya Punya Anak Setelah 12 Tahun Menikah dan 8 Kali Jalani Program Bayi Tabung

Kenangan-kenangan masa kecil itu yang menjadi andalannya untuk mencari ibu kandungnya di Indonesia, sebab informasi yang ada dalam surat kelahiran dan dokumen adopsinya ternyata palsu.

Ia baru mengetahui kalau ada yang salah dengan proses adopsinya pada 1991. Saat itu ia berusia 12 tahun dan orang tua angkatnya - Jan dan Edith Boerma - berkunjung ke Indonesia demi mencari ibu kandungnya.

Yayasan Kasih Bunda, yang memproses adopsinya kala itu mengakui bahwa mereka memalsukan nama orang tua yang ada di surat kelahirannya. Namun mereka menjanjikan Widya bertemu dengan perempuan yang diklaim sebagai ibunya.

Tapi pertemuan itu menyisakan pergulatan batin tersendiri bagi Widya, sebab ia merasa tak ada koneksi dengan "sang ibu". Instingnya berkata, perempuan itu bukan ibu kandungnya.

Trauma yang ia alami ketika dipisahkan dari ibu kandungnya pada 1979 dan pertemuan yang tak mengenakkan pada 1991, membuatnya mengalami krisis identitas. Ia bahkan sempat membenci Indonesia di usia remajanya.

Ia kabur dari rumah orang tua angkatnya, dan tidak berkomunikasi dengan mereka selama sembilan tahun.

"Saya mengalami krisis identitas yang hebat. Ini adalah pencarian yang cukup panjang bagi saya untuk menemukan siapa diri saya," ungkapnya.

Pencarian ibu kandung Widya membawa kami ke gang-gang sempit di Bandung, untuk menelusuri keberadaan keluarga yang ia temui pada 1991.AYOMI AMINDONI via BBC INDONESIA Pencarian ibu kandung Widya membawa kami ke gang-gang sempit di Bandung, untuk menelusuri keberadaan keluarga yang ia temui pada 1991.

Baca juga: Bayi 18 Bulan di Dudapur Jatuh ke Sumur Bor Sedalam 150 Meter, Upaya Penyelamatannya Dibantu Militer

Widya mengaku, memang benar anak-anak yang diadopsi merasakan cinta dari orang tua angkatnya. Namun ketika beranjak dewasa dan mengalami krisis identitas, ia menyadari bahwa ia tidak tahu sama sekali tentang asal-usulnya.

"Itu… sangat sulit."

"Saya sering dengar orang lain bilang, 'Oh, kamu semestinya bahagia karena memiliki banyak uang', yang sering kali tidak benar, dan 'Kamu punya kehidupan yang ideal', ini tidak benar karena materi tidak bisa mengubah (kondisi) bahwa saya ingin mengetahui identitas saya," ungkap Widya.

Perjalanan hidup Widya, sejatinya memang penuh liku dan kejadian yang tak terduga. Itu juga yang ia alami selama enam pekan pencariannya di Indonesia.

Ia hampir bertemu dengan ibu kandungnya, ketika seorang perempuan bernama Suyatni mengaku sebagai ibu kandungnya.

Entah bagaimana, Widya merasa ada detail dalam kisah hidup perempuan itu yang sesuai dengan ingatan masa kecilnya. Tapi lagi-lagi, instingnya meragukan Suyatni adalah benar-benar ibu kandungnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com