Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Pertama sejak Perang Dingin, Senjata Nuklir di Dunia Diprediksi Meningkat

Kompas.com - 13/06/2022, 08:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

STOCKHOLM, KOMPAS.com – Persenjataan nuklir global diperkirakan akan tumbuh di tahun-tahun mendatang untuk kali pertama sejak Perang Dingin usai.

Selain itu, risiko penggunaan senjata nuklir juga akan menjadi risiko terbesar dalam beberapa dekade terakhir.

Laporan tersebut disampaikan lembaga think tank Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) dalam serangkaian penelitian terbarunya.

Baca juga: Iran Mulai Pasang Alat Pengayaan Uranium Canggih di Fasilitas Nuklir dan Matikan Kamera Pengawas PBB

Dilansir Reuters, Minggu (12/6/2022), invasi Rusia ke Ukraina dan dukungan Barat untuk Kyiv telah meningkatkan ketegangan di antara sembilan negara bersenjata nuklir di dunia.

Antara Januari 2021 dan Januari 2022, jumlah senjata nuklir mengalami penurunan sedikit.

SIPRI mengatakan, kecuali segera diambil tindakan oleh negara yang memiliki kekuatan nuklir, persediaan hulu ledak global dapat segera mulai meningkat untuk kali pertama dalam beberapa dekade.

“Semua negara bersenjata nuklir meningkatkan persenjataan mereka dan sebagian besar mempertajam retorika nuklir dan peran senjata nuklir dalam strategi militer mereka,” kata Direktur Program Senjata Pemusnah Massal SIPRI Wilfred Wan.

Baca juga: AS ke Korea Utara: Akan Ada Tanggapan Tegas jika Uji Senjata Nuklir Dilakukan

“Ini adalah tren yang sangat mengkhawatirkan,” lanjut Wan dalam buku tahunan SIPRI 2022.

Tiga hari setelah invasi Moskwa ke Ukraina, yang disebut Kremlin sebagai “operasi militer khusus”, Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan penangkal nuklir Rusia dalam siaga tinggi.

Dia juga memperingatkan konsekuensi yang akan ditanggung terhadap negara-negara yang menghalangi jalan Rusia.

Rusia memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia dengan total 5.977 hulu ledak, sekitar 550 lebih banyak dari Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Jawaban Rusia ketika Ditanya: Apa Putin Akan Menggunakan Senjata Nuklir Taktis di Ukraina?

Kedua negara, AS dan Rusia, memiliki lebih dari 90 persen hulu ledak dunia, meskipun SIPRI mengatakan China berada di tengah ekspansi dengan perkiraan lebih dari 300 silo rudal baru.

SIPRI mengatakan, jumlah global hulu ledak nuklir turun menjadi 12.705 pada Januari 2022 dari 13.080 pada Januari 2021.

Diperkirakan 3.732 hulu ledak dikerahkan dengan rudal dan pesawat, dan sekitar 2.000, yang mana hampir semuanya milik Rusia atau AS, disimpan dalam status kesiapan yang tinggi.

“Hubungan antara kekuatan besar dunia semakin memburuk pada saat umat manusia dan planet ini menghadapi serangkaian tantangan bersama yang mendalam dan mendesak yang hanya dapat diatasi dengan kerja sama internasional,” kata Ketua Dewan SIPRI Stefan Lofven.

Baca juga: Di Mana Persoalannya, Nuklir Iran atau Nuklir Israel?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com