"Memang sudah seharusnya Delhi memerhatikan respons kemarahan dari wilayah kritis yang strategis ini, namun India juga terlindung dari kerusakan lebih lanjut. Karena kepentingan ekonomi mereka, negara-negara Teluk membutuhkan India untuk terus mengimpor energi mereka, mereka membutuhkan orang-orang India untuk terus tinggal dan bekerja di sana, dan secara keseluruhan, mereka harus tetap berbisnis dengan India," katanya.
Dia menambahkan bahwa mungkin ada batasan sejauh mana negara-negara ini akan menanggapi komentar anti-Muslim ini.
Baca juga: Kisah Tiga Bersaudara Bersatu Kembali, 75 Tahun setelah Pemisahan India-Pakistan
Para kritikus mengatakan bahwa polarisasi agama telah meningkat di India sejak BJP berkuasa. Dan ketegangan meningkat dalam beberapa minggu terakhir setelah beberapa kelompok Hindu ke pengadilan setempat di Varanasi untuk meminta izin untuk berdoa di sebuah masjid yang berusia berabad-abad, mengklaim bahwa itu dibangun di atas reruntuhan kuil yang dihancurkan.
Saluran TV telah mengadakan debat provokatif dan media sosial menyaksikan kebencian yang merajalela atas masalah ini.
Banyak orang yang terkait dengan organisasi sayap kanan sering membuat pernyataan kontroversial di acara TV, tetapi para kritik mengatakan Sharma bukan "elemen pinggiran" seperti yang diklaim BJP. Dia adalah juru bicara resmi partai, yang bertugas mewakili pandangan BJP.
Sejumlah analis menambahkan bahwa dampak internasional atas kontroversi tersebut harus menjadi peringatan bagi India.
"Delhi mulai belajar bahwa ketika menyangkut politik negara yang semakin beracun, apa yang terjadi di India seringkali tidak terbatas hanya di India."
"Ketika pengaruh global India tumbuh dan kemitraan diplomatik dan ekonominya di luar negeri menjadi lebih kuat, ada lebih banyak yang dipertaruhkan ketika politik domestiknya menyebabkan ketidakbahagiaan di luar negeri," kata Kugelman.
Baca juga: Yasin Malik: Tokoh Separatis Kashmir Dihukum Seumur Hidup di Penjara India
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.