Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rangkuman Hari Ke-100 Serangan Rusia ke Ukraina, Zelensky Yakin Menang, Ketua Uni Afrika Keluhkan Kekurangan Pangan ke Putin

Kompas.com - 04/06/2022, 06:45 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP,Reuters

KYIV, KOMPAS.com - Serangan Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-100 pada Jumat (3/6/2022).

Ini terhitung sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi Rusia ke Ukraina yang disebutnya sebagai operasi militer khusus pada 24 Februari.

Pada perang Rusia-Ukraina hari kemarin, masih ada banyak hal baru yang terjadi “mewarnai” konflik kedua negara.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-99 Serangan Rusia ke Ukraina, 200.000 Anak Ukraina Dibawa Paksa ke Rusia, 20 Persen Wilayah Ukraina Dikuasai Rusia

Salah satunya, keluar keyakinan pada Zelensky bahwa negaranya akan memenangkan perang melawan Rusia.

Ada juga laporan mengenai pasukan Ukraina yang terus memerangi pasukan Rusia untuk merebut Kota Severodonetsk di Ukraina timur.

Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah rangkuman serangan Rusia ke Ukraina pada hari ke-100 yang kiranya penting disimak:

Zelensky: Kemenangan akan menjadi milik kita

Dilansir dari AFP, Presiden Volodymyr Zelensky pada Jumat, bersumpah bahwa negaranya akan menang atas pasukan Rusia dalam sebuah video yang menandai 100 hari sejak Moskwa menginvasi tetangganya.

"Kemenangan akan menjadi milik kita," kata Zelensky dalam sebuah video bersama dengan Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal dan penasihat presiden Mykhaylo Podolyak di Kyiv di mana mereka berbicara kepada bangsa pada awal perang dan berjanji untuk tetap memimpin perlawanan.

Pemimpin Ukraina mengatakan, Rusia sekarang menguasai sekitar seperlima dari Ukraina, termasuk semenanjung Crimea dan bagian dari Donbass yang direbut pada tahun 2014.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-98 Serangan Rusia ke Ukraina, Sebagian Besar Sievierodonetsk Dikendalikan Rusia, Gas ke Sejumlah Negara Eropa Diputus

Kremlin: banyak pemukiman dibebaskan

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, banyak pemukiman telah dibebaskan dari angkatan bersenjata pro-Nazi Ukraina dan langsung dari elemen nasionalis selama 100 hari terakhir.

"Kesempatan telah diberikan kepada orang-orang untuk mulai membangun kehidupan yang damai," kata Peskov kepada wartawan.

Rusia mengeklaim telah mengirim pasukannya ke Ukraina untuk membela penduduk dari dua negara bagian yang didukung Rusia di wilayah Donbass timur, Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk.

"Dalam hal memastikan perlindungan mereka, langkah-langkah sedang diambil dan hasil tertentu telah dicapai," kata Peskov.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-97 Serangan Rusia ke Ukraina, UE Setujui Embargo Minyak Rusia, 15.000 Kasus Dugaan Kejahatan Perang Telah Dilaporkan

PBB melihat tidak ada pemenang dalam perang

Pada hari kemarin, PBB mengatakan "tidak ada pemenang" dalam konflik terburuk di Eropa dalam beberapa dekade terakhir, yakni perang Rusia-Ukraina.

Menurut perkiraan PBB, gampir 14 juta warga Ukraina terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak invasi Rusia pada 24 Februari, mayoritas perempuan dan anak-anak.

"Perang ini telah dan tidak akan memiliki pemenang. Sebaliknya, kami telah menyaksikan selama 100 hari apa yang hilang: nyawa, rumah, pekerjaan, dan prospek," kata Asisten Sekretaris Jenderal PBB Amin Awad dalam sebuah pernyataan.

Pertempuran sengit di Severodonetsk

Pada hari ke-100 perang Rusia-Ukraina, pasukan Ukraina terus memerangi pasukan Rusia untuk merebut kantong terakhir kota utama Severodonetsk di timur.

Gubernur wilayah itu mengatakan pasukan Rusia menguasai 80 persen kota tetapi pasukan Ukraina masih menguasai zona industri, situasi yang mengingatkan pada kota tenggara Mariupol, di mana pasukan bertahan selama berminggu-minggu di pabrik baja sebelum akhirnya menyerah pada akhir Mei.

Mendapatkan kendali atas Severodonetsk akan memberi Rusia kendali de facto atas Luhansk, salah satu dari dua wilayah, bersama dengan Donetsk, yang membentuk Donbass.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-96 Serangan Rusia ke Ukraina, Rumor Putin Sakit, Serangan Balik Kherson

Pemimpin Uni Afrika bertemu Putin bicara tentang kekurangan pangan

Pemimpin Uni Afrika dan Presiden Senegal Macky Sall mengadakan pembicaraan dengan Presiden Vladimir Putin di resor Laut Hitam Sochi tentang kekurangan pangan yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina, yang mendorong kelaparan di beberapa bagian Afrika.

Baik Ukraina dan Rusia adalah pemasok utama gandum dan sereal lainnya ke Afrika, sementara Rusia, yang berada di bawah sanksi Barat yang membatasi ekspor, adalah produsen utama pupuk.

Dia mengatakan kepada Putin bahwa orang Afrika adalah "korban" perang dan menyerukan "segala sesuatu yang menyangkut makanan, biji-bijian, pupuk" dibebaskan dari sanksi Barat terhadap Rusia.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-95 Serangan Rusia ke Ukraina: Pertempuran untuk Sievierodonetsk Berlanjut, Zelensky Kunjungi Garis Depan di Kharkiv

Sanksi Uni Eropa untuk pacar Putin

UE menambahkan dugaan pacar Presiden Vladimir Putin, mantan pesenam Alina Kabaeva, ke dalam daftar hitam pembekuan aset dan larangan visa sebagai bagian dari sanksi gelombang keenam yang mencakup larangan sebagian besar impor minyak Rusia.

Inggris adalah negara pertama yang memasukkan Kabaeva dalam daftar sanksi bulan lalu.

Pelobi Rusia dilarang dari parlemen Uni Eropa

Parlemen Eropa melarang pelobi Rusia dari tempat mereka untuk mencegah mereka menyebarkan apa yang disebut "propaganda" tentang perang Rusia di Ukraina.

"Segera berlaku, perwakilan perusahaan Rusia tidak lagi diizinkan memasuki gedung Parlemen Eropa," kata ketua parlemen Roberta Metsola di Twitter.

2 wartawan Reuters terluka

Dilansir dari Reuters, dua wartawan Reuters telah terluka dan seorang pengemudi tewas pada Jumat setelah kendaraan yang mereka tumpangi diserang saat menuju ke Sievierodonetsk. 

Rusia akan terus serang Ukraina

Pada hari kemarin, Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, menyatakan Rusia akan melanjutkan operasi militernya di Ukraina sampai semua tujuannya tercapai.

Baca juga: Rangkuman Hari ke-94 Serangan Rusia ke Ukraina: Pasukan Rusia Terus Maju di Severodonetsk, Gereja Ortodoks Putus Hubungan dengan Rusia

Jaksa Ukraina periksa tuduhan deportasi paksa anak-anak ke Rusia

Jaksa yang menyelidiki kasus kejahatan perang di Ukraina sedang memeriksa tuduhan deportasi paksa anak-anak ke Rusia sejak invasi ketika mereka berusaha membangun dakwaan genosida.

Ukraina tak berencana pakai roket dari AS

Penasihat presiden Ukraina pada Jumat, memastikan Ukraina tidak berencana menggunakan sistem roket yang diterimanya dari Amerika Serikat untuk menyerang fasilitas di Rusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com