Layanannya sebagai ketua Prasarana dihentikan dengan segera menyusul kritik publik atas perilakunya selama konferensi pers.
Dia tidak asing dengan kontroversi.
Tajuddin juga pernah menyebut anggota parlemen Muar Syed Saddiq Abdul Rahman sebagai "anak" selama debat parlemen yang panas pada 2020.
Pada tahun 2015, ketika menjabat sebagai wakil menteri pertanian, dia mengatakan bahwa komunitas Tionghoa akan "ditampar" jika mereka mencari bantuan dari luar negeri atas belibis mereka.
Baca juga: Saat Biden Kunjungi Asia, Beijing Gelar Latihan Militer di Laut China Selatan
Berita tentang penunjukan Tajudin menarik reaksi keras dari oposisi di Malaysia, dengan beberapa meminta penunjukan itu untuk ditarik.
Anggota parlemen dari Partai Keadilan Rakyat (PKR) Sim Tze Tzin telah meminta Ismail Sabri untuk menjelaskan keputusan pemerintah mengangkatnya, dengan mengatakan bahwa Tajuddin tidak layak untuk mengisi posisi penting seperti itu.
Anggota parlemen PKR lainnya Maria Chin Abdullah juga mempertanyakan apakah dengan penunjukan itu, Tajuddin juga akan mundur sebagai anggota parlemen Pasir Salak.
"Jika Tajuddin tidak mundur sebagai anggota parlemen, itu berarti dia tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki pandangan jauh ke depan apabila tidak memikirkan pemilihnya," kata Maria Chin seperti dikutip oleh Free Malaysia Today.
Sementara itu, sebuah petisi online untuk menola penunjukkan Tajuddin sebagai dubes Malaysia untuk Indonesia telah dimulai pekan lalu oleh sebuah kelompok yang menyebut diri mereka sebagai Bangsa Malaysia. Petisi ini dilaporkan telah mengumpulkan lebih dari 20.000 tanda tangan sejauh ini.
Baca juga: Indonesia Versus Malaysia, Rebutan Pengaruh Bahasa Nasional
Di Jakarta, Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan bahwa penjukkan Tajuddin sebagai Dubes Malaysia untuk Indonesia adalah hak prerogatif pemerintah Malaysia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Teuku Faizasyah, mengatakan Indonesia ingin menjauh dari urusan dalam negeri Malaysia.
“Kami menyadari berbagai komentar di media lokal terkait dengan dinamika politik domestik Malaysia. Jangan sampai kita terlibat,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.