COLOMBO, KOMPAS.com - Ribuan orang harus mengantre untuk bisa memperoleh elpiji dan bensin di Ibu Kota Sri Lanka, Colombo, pada Jumat (20/5/2022).
Antrean itu bukan hanya terjadi di satu tempat, melainkan di banyak bagian di kota berpenduduk sekitar 900.000 orang itu.
Penduduk tengah mencoba untuk membeli bahan bakar yang sebagian besar diimpor dan sangat terbatas pasokannya karena Pemerintah Sri Lanka kehabisan devisa.
Baca juga: Sri Lanka Mendayung di Antara Batu-Batu Karang
“Hanya sekitar 200 tabung yang terkirim, padahal yang datang sekitar 500 orang,” kata seorang warga yang tengah mengantre gas untuk hari ketiga, Mohammad Shazly, dilansir dari Reuters.
Laki-laki yang bekerja sebagai sopir paruh waktu itu berharap bisa membeli bahan bakar gas untuk keluarganya yang terdiri dari lima orang.
Ada ratusan orang lainnya juga sedang berbaris mengantre untuk bisa mendapatkan gas bersama Shazly, dengan tabung kosong berada di sisi mereka.
"Tanpa gas, tanpa minyak tanah, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Pilihan terakhir apa? Tanpa makanan, kita akan mati. Itu akan terjadi 100 persen," ungkap Shazly.
Sri Lanka yang bergantung pada pariwisata, di mana India dan China berebut pengaruh, menghadapi kekurangan devisa, bahan bakar, dan obat-obatan.
Ketersediaan transportasi umum menipis dan lebih banyak orang berada di rumah karena kelangkaan bahan bakar.
Baca juga: Dilanda Krisis dan Bangkrut, Sri Lanka Tak Punya Menteri Keuangan
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, yang juga memperingatkan krisis pangan, berjanji akan membeli cukup pupuk untuk musim tanam berikutnya guna meningkatkan produktivitas dan memenuhi permintaan pangan dari 22 juta penduduknya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.