Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Para Pekerja Magang yang Digaji Rp 117 Juta Sebulan di Perusahaan-perusahaan Besar

Kompas.com - 20/05/2022, 18:01 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

Jika dijumlahkan, angkanya menjadi 3.300 dollar AS (Rp 48,3 juta) per bulan atau hampir 40.000 dollar AS (Rp585,6 juta) per tahun, lebih tinggi dari gaji individu untuk setengah populasi AS.

Baca juga: Wali Kota New York City Terima Gaji Pertama dalam Bentuk Bitcoin

Apa maknanya untuk masa depan

Walaupun upah pemagang naik di banyak sektor, pemagang di sektor lain—seperti sektor kreatif dan amal—mungkin masih bekerja secara cuma-cuma.

Kenyataannya, menurut data 2018, lebih 40 persen dari semua pemagang di AS tidak mendapat upah sama sekali.

Tren ini sudah lama berlangsung, khususnya di bidang seperti non-profit, pemerintahan, atau seni.

Upah yang bagus untuk pemagang mungkin telah menjadi kebiasaan di sektor yang berupah baik, seperti perbankan, konsultasi, dan teknologi.

"Bukan berarti itu adalah pertanda adanya normalisasi pemagang [berupah tinggi] di bidang kesenian, olahraga, media, atau industri lain", kata Heather Byrne, direktur pelaksana kantor pengembangan karier di Ross School of Business, Universitas Michigan, AS.

Baca juga: IKEA Potong Gaji Staf yang Belum Divaksin dan Positif Covid-19 Jadi Rp 1,8 Juta Seminggu

Tanda-tanda perubahan sudah tampak. Kecaman publik terhadap posisi magang tak berupah telah berkembang secara signifikan beberapa tahun terakhir.

Contohnya, ada beberapa mantan pemagang sukses menggugat bekas tempat mereka bekerja atas tuduhan eksploitasi.

Ditambah lagi banyak perusahaan semakin sadar bahwa sejak pandemi, orang-orang berkemampuan tinggi menghindari pekerjaan berupah rendah.

"Dalam pengalaman saya di bidang SDM, perusahaan menyadari bahwa para individu tidak punya kemampuan bekerja cuma-cuma dalam suasana seperti ini," papar Yvette Lee, penasihat di Komunitas Manajemen SDM (Shrm) di AS.

"Semakin menantang untuk menarik talenta jika para individu harus mengorbankan keamanan keuangan mereka untuk meraih pengalaman," tambahnya.

Di masa mendatang, boleh jadi pemagang berpenghasilan tinggi adalah sesuatu yang sudah seharusnya terjadi dan bukan pengecualian—khususnya ketika pemagang bisa menawarkan sedemikian banyak kepada tim, kata Ron Delfine, direktur layanan karier di Heinz College of Information and Public Policy, Universitas Carnegie Mellon, AS.

Baca juga: Bank di Inggris Terapkan Empat Hari Kerja Seminggu, Tanpa Potong Gaji

Mungkin yang dimaksud dengan upah besar bukanlah ribuan dollar per bulan untuk semua pemagang, tapi mungkin secara rata-rata lebih tinggi ketimbang saat ini.

"Saya hanya berharap masyarakat menyadari nilai para pemagang karena pemagang bisa menimbulkan dampak dan membuat perusahaan bisa menjajaki cara baru dalam berbisnis," ujar Ron.

Kerap kali perusahaan mencoba meyakinkan para pemagang bahwa mereka mencari pengalaman dan seharusnya bersyukur bisa mendapat kesempatan belajar.

Namun, di bursa kerja pascapandemi, para pemagang seharusnya lebih percaya diri menemukan posisi magang yang mengenali kemampuan dan gagasan yang bisa mereka bawa.

"Daftar (pemagang berupah tinggi) ini sebaiknya menguatkan orang untuk menarik banyak hal dari proses magang. Banyak perusahaan di sana yang membayar dengan bagus dan memperlakukan pekerja mereka dengan baik—khususnya di pasar seperti ini."

Baca juga: Taliban Mulai Bayar Gaji Pegawai Pemerintah Afghanistan yang Tertunggak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com