Sebagai Presiden Somalia pertama yang memenangkan masa jabatan kedua, Mohamud telah berjanji untuk mengubah Somalia menjadi "negara damai yang damai dengan dunia".
Dia akan mewarisi beberapa tantangan dari pendahulunya, termasuk kekeringan dahsyat, yang mengancam akan mendorong jutaan orang ke dalam kelaparan.
Badan-badan PBB telah memperingatkan bencana kemanusiaan kecuali tindakan dini diambil, dengan pekerja sosial darurat takut terulangnya kelaparan 2011 yang menghancurkan. Krisis itu menewaskan 260.000 orang - setengah dari mereka anak-anak di bawah usia enam tahun.
Baca juga: Bom Bunuh Diri Guncang Ibu Kota Somalia, 7 Orang Tewas
Mohamud juga perlu memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh kekacauan politik dan pertikaian selama berbulan-bulan, baik di tingkat eksekutif maupun antara pemerintah pusat dan otoritas negara.
"Ini benar-benar tahun yang hilang bagi Somalia," kata Omar Mahmood, seorang analis di lembaga think-tank International Crisis Group (ICG).
"Pemilu yang telah lama ditunggu-tunggu ini telah memecah belah. Rekonsiliasi adalah tantangan yang paling mendesak," kata Mahmood kepada AFP.
Negara yang berhutang banyak itu juga berisiko kehilangan akses ke paket bantuan tiga tahun senilai 400 juta dollar AS dari Dana Moneter Internasional (IMF), yang akan secara otomatis berakhir pada pertengahan Mei jika administrasi belum ada pada saat itu.
Pemerintah telah meminta perpanjangan tiga bulan hingga 17 Agustus, menurut IMF, yang belum menanggapi permintaan tersebut.
Lebih dari 70 persen penduduk Somalia hidup dengan kurang dari 1,90 dollar AS (kurang dari Rp 30.000) per hari.
Baca juga: AS Lancarkan Serangan Udara Pertama di Somalia di Bawah Pemerintahan Biden
Masyarakat internasional telah lama memperingatkan pemerintah Farmajo bahwa kekacauan politik memungkinkan Al-Shabaab mengeksploitasi situasi, dan melakukan serangan yang lebih sering dan berskala besar.
Salah satu contohnya adalah teror bom bunuh diri kembar pada Maret, yang menewaskan 48 orang di Somalia tengah, termasuk dua anggota parlemen lokal.
Awal bulan ini, serangan terhadap pangkalan Uni Afrika (AU) menewaskan 10 penjaga perdamaian Burundi, menurut tentara Burundi. Itu adalah serangan paling mematikan terhadap pasukan AU di negara itu sejak 2015.
Gerilyawan terkait Al-Qaeda menguasai Mogadishu hingga 2011, ketika mereka didorong keluar oleh pasukan Uni Afrika, tetapi masih menguasai wilayah di pedesaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.