Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai Legging dan Mengecat Rambut Bisa Dicap Pengkhianat di Korea Utara

Kompas.com - 08/05/2022, 20:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Jeans, rambut dicat, dan kosmetik semua itu adalah tabu di Korea Utara yang sebagian besar warganya mematuhi peraturan dikategorikan sebagai anggota masyarakat "merah" yang berarti setia. Namun, Eunhee Park dicap berwarna "abu-abu" atau pengkhianat.

Baca juga: Korea Utara Kekeringan, Pekerja Kantoran Disuruh Bantu Petani di Sawah

Coba-coba gaya asing, lalu dipenjara

Perlahan-lahan, Park mulai menguji batas-batas apa saja yang kira-kira bisa diterima. Selama musim liburan, ketika jumlah polisi di jalanan lebih sedikit, dengan hati-hati ia memakai riasan dan anting-anting plastik murah dari China.

"Beberapa kali polisi melihat saya dan saya dipukuli karena apa yang saya kenakan," katanya. Selama tiga hari ia ditahan di kantor polisi dan dipaksa berulang kali menulis pengakuan atas "kejahatannya" ini.

Dia juga dipaksa berdiri diam hingga lewat tengah malam tanpa diberi makanan. Dia mengatakan, seorang petugas polisi juga pernah mengancam akan memotong rambutnya di depan umum. Tiap kali ditahan ia mampu membayar uang suap kecil untuk bisa kembali bebas.

Namun, salah satu temannya tidak seberuntung dia dan tidak bisa membayar suap setelah ketahuan mengenakan pakaian yang dilarang, kata Park. Dia dijatuhi hukuman kerja paksa selama sebulan dan dipaksa membantu pembangunan jalan pegunungan.

Ideologi Kim "berpusat pada kesesuaian"

Greg Scarlatoiu, Direktur Eksekutif Komite Hak Asasi Manusia di Korea Utara, mengatakan kesesuaian sangat penting untuk melestarikan doktrin rezim.

"Gaya rambut dan pakaian yang tidak sesuai dengan spesifikasi rezim mencerminkan selera dan pilihan pribadi," ujar Scarlatoiu. "Ideologi rezim keluarga Kim berpusat pada konformitas dan bukan pada individualisme atau ekspresi individu," tambahnya.

Pada akhir 2020, sebuah undang-undang yang dirancang untuk menghapus "pemikiran dan budaya reaksioner" diberlakukan di Pyongyang. Lalu pada Juli 2021, berlaku undang-undang tentang pendidikan pemuda yang berusaha menghalangi kaum muda mengakses "budaya kapitalis."

"Rezim Kim Jong-un berusaha melarang program TV dan film asing diselundupkan ke negara itu karena itu semua bisa menantang monopoli informasi. Monopoli ini penting untuk menjaga agar rakyat Korea Utara tetap terindoktrinasi dan dapat ditundukkan," jelas Scarlatoiu.

Ia juga mengatakan bahwa lebih banyak warga yang dipenjara dan menjalani kerja paksa karena melanggar aturan rezim tentang penyimpangan dari norma sosialis.

Baca juga: Cerita Gadis Pembelot Korut, Begini yang Dialaminya Saat Tiba di Korsel

Tetap yakin masa depan Korea Utara "cerah"

Rekaman satelit dan laporan dari dalam Korea Utara menunjukkan bahwa populasi penjara meningkat tajam dalam tiga bulan terakhir tahun 2021 dan tiga bulan pertama tahun 2022. Beberapa warga juga telah dihukum karena melanggar aturan karantina, meskipun rezim bersikeras bahwa tidak ada satu pun kasus virus corona yang terdeteksi di negara itu.

Namun, Park tetap optimistis tentang prospek tanah airnya. "Berbagai hal menjadi lebih baik di Korea Utara," ujar Park. "Milenial di sana sangat berbeda dari generasi orang tua mereka dan mereka tumbuh bergantung kepada pasar gelap, yang pada dasarnya adalah bentuk kapitalisme."

"Dan ketika orang melihat bisnis berjalan, keinginan untuk memiliki hal-hal lain akan meningkat. Itu sangat wajar," tambahnya.

"Sistem pasar membantu orang untuk melihat apa yang mungkin, mereka menonton televisi asing dan mereka menganalisis diri sendiri dan pemerintah mereka. Ini akan perlu waktu, tapi saya yakin masa depan cerah."

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Mengecat Rambut dan Pakai Legging Ketat di Korea Utara Bisa Dicap Pengkhianat.

Baca juga: Utak-atik Smartphone, Cara Warga Korea Utara Akali Kontrol Ketat Informasi

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com