Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trik-trik Kotor Warnai Hari Terakhir Kampanye Pemilu Filipina

Kompas.com - 08/05/2022, 18:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Penulis: VOA Indonesia

MANILA, KOMPAS.com - Usaha saling menjatuhkan mewarnai hari-hari terakhir kampanye pemilihan presiden di Filipina. Sejumlah pengamat menilai, dua kandidat utama yang diperkirakan meraih suara terbanyak yakni Ferdinand Marcos Jr dan Leni Robredo terlibat dalam taktik curang.

Marcos Jr, putra mendiang diktator negara itu, diperkirakan akan memenangi pemilihan pada Senin (9/5/2022) mendatang secara telak.

Kampanye Marcos Jr. pada Jumat (6/5/2022) mendesak para pendukungnya untuk melindungi suara mereka dari kemungkinan terjadinya kecurangan dalam pesta demokrasi itu.

Baca juga: Pemilu Filipina: Rakyat Segera Memilih, Polisi Sebut Situasi Damai

"Kita sudah menang!" kata Marcos Jr. "Pastikan Anda mengamankan proses pemungutan suara pada Senin. Jangan tidur, kita tahu bahwa ketika kita tidur, banyak hal yang tidak diinginkan terjadi."

Kubu kampanye Marcos juga menuduh Robredo menggelar politik memecah belah dan menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok politik bayangan.

Kubu kampanye Robredo pun kian gigih melancarkan serangan. Wakil presiden petahana ini berjanji untuk membersihkan politik Filipina yang korup secara kronis.

Pengacara berusia 57 tahun berhasil menggalang dukungan dari anak-anak muda Filipina yang progresif.

Baca juga: Menuju Pilpres, Para Capres Filipina Berebut Dukungan Publik

Terlepas dari ketertinggalannya dalam perolehan suara di berbagai jajak pendapat, hanya sedikit yang menyatakan Robredo akan kalah. Apalagi kini berkembang isu yang mempertanyakan keakuratan jajak-jajak pendapat itu.

Menurut laporan AFP, secara umum, jajak-jajak pendapat menunjukkan bahwa Robredo hanya akan memperoleh 23 persen suara sementara Marcos Jr 56 persen.

Pada Jumat, Robredo mengajukan gugatan hukum terkait munculnya desas-desus bahwa ia bersekutu dengan Partai Komunis. Tuduhan itu sangat mencoreng namanya.

Tuduhan yang tidak terbukti bahwa pendiri partai komunis Jose Maria Sison, yang tinggal di pengasingan di Belanda, pernah menasihati kubu kampanye Robredo muncul kembali di media-media pendukung Marcos baru-baru ini. Dalam gugatan yang diajukan ke kantor kejaksaan, juru bicara Robredo menyebut tuduhan itu dibuat-buat dan fiktif.

Meskipun tanpa bukti, tuduhan tersebut telah beredar luas di Facebook, yang sangat populer di Filipina, dan membuahkan ratusan ribu interaksi.

Baca juga: Ditangkap saat Ulang Tahun, Buron Ini Dapat Hadiah Kue dari Polisi Filipina

Informasi keliru yang berusaha mendiskreditkan Robredo sebagai orang yang bodoh, tidak ramah, atau bahkan komunis telah melonjak selama kampanye pemilihan.

Robredo membalas pada Jumat, dengan menuduh Marcos Jr sebagai pembohong. "Saya kasihan kepada orang Filipina yang tertipu olehnya," katanya kepada wartawan di pusat kota Sorsogon.

Robredo berusaha menggambarkan bahwa Marcos Jr serupa ayahnya, mantan diktator Ferdinand Marcos. Ia menyebut kembalinya keluarga Marcos ke tampuk kekuasaan membahayakan negara.

Prospek kepresidenan Marcos sebetulnya juga telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan kelompok-kelompok hak HAM dan para pemimpin gereja Katolik, yang meragukan komitmennya terhadap demokrasi dan khawatir pemerintahannya akan melemahkan pengawasan dan keseimbangan dalam pemerintahan dan memperburuk korupsi.

Artikel ini pernah ditayangkan di VOA Indonesia dengan judul Trik-trik Kotor Warnai Hari-hari Terakhir Kampanye Pilpres Filipina.

Baca juga: 167 Orang Tewas akibat Badai Megi di Filipina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com