Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Eropa Menghindari "Jebakan Utang" China

Kompas.com - 04/05/2022, 17:31 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

Sang menteri mengakui pemerintahnya belum menandatangani kesepakatan besar lagi, tetapi mengatakan pemerintahnya akan mengkaji peluang-peluang di masa depan berdasarkan kasus per kasus.

"Tidak ada investasi China yang lebih besar di Yunani, tetapi kami menilai investasi tersebut atas dasar komersial. Maksud saya, jika China ingin berinvestasi, kami adalah negara bebas dan ekonomi bebas."

Baca juga: Rusia Terancam Tak Bisa Bayar Utang dalam Mata Uang Asing, Apa Dampaknya Bagi Dunia?

Yunani bukan satu-satunya bagian di Eropa di mana miliaran dolar dari Beijing diinvestasikan.

Berdiri di sebuah lereng bukit yang menghadap ke Kota Bor di Serbia, kita akan dimaklumi jika mengira kita sedang berada di suatu provinsi China.

Para pekerja meneriakkan instruksi dalam Bahasa Mandarin, bendera-bendera berwarna merah berkibar dan kantor-kantor administrasinya menyerupai kuil.

China menuangkan uangnya ke tambang tembaga yang jadi ciri khas tempat itu selama beberapa dekade. Penambangan logam telah mencemari air dari beberapa danau dan waduk-waduk terdekat.

Tempat tersebut juga merupakan metafora tentang bagaimana Partai Komunis China - yang identik dengan warna merah - meninggalkan jejaknya di seluruh benua itu.

Terletak di Eropa, tetapi bukan anggota UE, Serbia tidak memiliki tingkat hak pekerja yang sama seperti yang ditemukan di Dublin, Madrid, atau Wina.

Baca juga: Setelah 30 Tahun, Irak Dibebaskan Dari Utang Ganti Rugi Perang Teluk 1990

Ini menjadi sorotan tajam ketika BBC bertemu dengan seorang pria Vietnam berusia 35 tahun di dekat sebuah bangunan terbengkalai di Kota Zrenjanin, bagian utara Ibu Kota Beograd.

"Perusahaan China memperlakukan kami dengan sangat buruk. Mereka tidak menghormati kami," kata ayah tiga anak itu dengan suara pelan.

Dung - bukan nama sebenarnya - mengatakan dia telah dibayar setara dengan 1.200 pundsterling (sekitar Rp 22 juta) ke Serbia untuk pekerjaan konstruksi di lokasi pabrik ban Ling Long. Tapi dia segera menyesalinya.

"Mereka memaksa kami untuk bekerja lebih banyak, tetapi mereka tidak menyediakan cukup persediaan. Ketika saya pertama kali datang ke sini, saya mendapat makanan dua kali lebih banyak."

Dung mengungkapkan 400 atau lebih pekerja Vietnam yang direkrut dibayar lebih rendah daripada karyawan China di lokasi yang sama.

"Ada 20 atau 30 pekerja yang tinggal bersama di setiap kontainer. Mereka memperlakukan kami seperti budak."

Baca juga: IMF Butuh Dukungan G20 Bantu Negara Miskin Hadapi Risiko Utang

Dia mencoba untuk meninggalkan pekerjaannya setelah lima bulan, tetapi majikannya mengatakan kepadanya bahwa tidak ada kemungkinan untuk terbang kembali ke Vietnam. Dia terdampar begitu jauh dari rumah.

BBC telah mendengar bahwa Dung telah berhasil kembali ke keluarganya - tetapi setelah dia berutang 1.500 pounsterling (Rp 27 juta lebih).

Bukan hanya mengalami kondisi buruk, para pekerja pun dipaksa menandatangani kontrak kerja yang tidak layak.

Dokumen ketenagakerjaan yang BBC lihat di Serbia - negara yang tengah berambisi bergabung ke UE - tampaknya cuma salin dan tempel dari dokumen yang digunakan untuk pekerja asing di negara-negara Timur Tengah yang menerapkan hukuman mati.

Pabrik ban Ling Long di Serbia.BBC INDONESIA Pabrik ban Ling Long di Serbia.

Organisasi nirlaba (LSM) Serbia - yang pertama kali memberi tahu BBC tentang kondisi di pabrik ban Ling Long - mengatakan mereka terkejut ketika menyadari apa yang terjadi di sana.

"Ini adalah kasus perdagangan manusia dan eksploitasi tenaga kerja yang paling terlihat yang pernah kami alami di negara ini sejauh ini," kata Danilo Curcic dari LSM A 11 Initiative.

Dia mengatakan apa yang telah terjadi di pabrik menjadi peringatan bagi seluruh Eropa - saat bisnis-bisnis China berkembang luas di seluruh benua itu.

Baca juga: Iran Setuju Sri Lanka Bayar Utang Minyak Rp 3,5 Triliun dengan Teh

"Jika Anda melihat perusahaan China datang ke negara-negara lain dan Anda tidak memiliki institusi yang cukup kuat untuk mencegah pelanggaran hak asasi manusia atau pelanggaran ketenagakerjaan, Anda mungkin akan bersaing ketat untuk memikatnya."

Pabrik Ling Long tidak menanggapi tuduhan dari Dung dan pekerja lainnya, tetapi menurut media lokal di Serbia perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka berkomitmen pada standar kesejahteraan pekerja yang tinggi.

Pemerintah Serbia berpendapat investasi dari China telah meningkatkan pertumbuhan ekonominya dan Presiden Aleksandar Vucic berpendapat investasi China lebih lanjut tidak boleh diganggu oleh sejumlah kecil pekerja Vietnam.

Dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Eropa oleh China ini, dianggap mirip dengan perlakuan terhadap Muslim Uyghur di Provinsi Xinjiang.

Tetapi ada alasan lain untuk berhati-hati juga.

Richard Moore, kepala dinas intelijen luar negeri Inggris MI6, telah memperingatkan tidak hanya pada jebakan utang China - tetapi juga "jebakan data".

Dia mengatakan kepada BBC tahun lalu bahwa China memiliki kemampuan untuk "memanen data dari seluruh dunia" dan menggunakan uang untuk "membuat banyak orang tertarik".

China membantah tuduhan-tuduhan demikian.

Baca juga: Sri Lanka Berencana Bayar Utang Minyak Iran dengan Teh

Namun, di Inggris, raksasa telekomunikasi China Huawei telah dilarang menggarap infrastruktur 5G kerajaan itu. Perusahaan tersebut juga menghadapi pengawasan berkelanjutan atas praktik keamanannya dan apakah memiliki hubungan dengan Pemerintah China, yang dibantahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com