JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pakar penyakit menular mengatakan hepatitis akut pada anak, yang baru masuk Indonesia dan diduga telah merenggut nyawa tiga anak-anak, masih tergolong "misterius" dan berbeda dengan hepatitis yang sudah ada.
Meski demikian stigma dan masalah yang dialami penderita hepatitis di Indonesia menjadi cerminan dan pengingat, bahwa Indonesia harus sigap mengatasi hepatitis tipe baru itu.
Dilansir dari BBC Indonesia pada Senin (2/5/2022) Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan bahwa hepatitis akut ini masih dianggap penyakit misterius.
"Ya misterius karena masih belum diketahui sebabnya apa. Jadi sifatnya ini masih kerusakan hati, mungkin karena virus, mungkin karena autoimun, masih terus menginfeksi, sehingga masih dicari tahu kira-kira penyebabnya apa. Makanya disebut hepatitis yang tidak diketahui sebabnya atau masih misterius," ujarnya.
Epidemiolog dari Universitas Sriwijaya, Najmah Usman, menyoroti temuan dugaan hepatitis akut di Indonesia, namun telah merenggut nyawa tiga anak dalam rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.
Ini menjadi perhatian karena kasus-kasus yang sudah ada di negara-negara lainnya sangat minim sekali korban meninggal dunia.
"Berkaca dengan kasus di Indonesia ini berarti ada banyak kasus yang mungkin belum teridentifikasi, ataupun belum ada akses pengobatan karena gejalanya seperti mual, demam, hingga gangguan pencernaan, diare dan gangguan pernafasan, mungkin belum diwaspadai oleh masyarakat Indonesia," ujarnya.
Sedangkan juru bicara Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangan resminya mengatakan pihaknya sedang berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.
Baca juga: 228 Dugaan Kasus Hepatitis Akut Misterius pada Anak Dilaporkan ke WHO dari 20 Negara
Prof Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, mengungkapkan bahwa hepatitis akut ini berbeda dengan tipe-tipe sebelumnya yang sudah ada.
"Hepatitis (sebagai) masalah kesehatan bagi Indonesia dan dunia itu sudah lama terjadi. Tetapi yang sekarang terjadi ini adalah hal yang berbeda," ujarnya
Dia mengingatkan bahwa hasil dari pemeriksaan kasus-kasus di luar negeri, kasus yang baru itu semuanya negatif hepatitis A,B,C,D dan E.
Namanya sama-sama hepatitis tapi situasinya berbeda. Karena itulah WHO memberi perhatian khusus pada hepatitis yang situasinya berbeda dengan yang sebelumnya ini.
"Nah ini semuanya negatif. Yang ketemu pada sebagian kasus malah adenovirus, jadi bukan virus hepatitis, hanya gejalanya adalah gejala hepatitis. Anaknya kena demam, kuning, dan sebagainya. Jadi ini dua hal yang berbeda," ujarnya.
Baca juga: Adenovirus Diduga Jadi Penyebab Hepatitis Misterius pada Anak-anak di Sejumlah Negara
Mula-mula kasus hepatitis akut itu muncul di Eropa kemudian Amerika lalu di Jepang. Dua hari yang lalu sudah dilaporkan di Singapura dan Minggu kemarin (01/05/2022) Indonesia melaporkan ada tiga kasus yang diduga menderita penyakit itu.
"Kenapa masih diduga karena tidak diinformasikan di rilis Kemenkes kemarin apakah tipe A,B,C,D, dan E-nya itu negatif dan apakah ada adenovirus pada tiga anak yang meninggal itu," ujar Tjandra, yang juga Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Mantan Kepala Balitbangkes di Kementerian Kesehatan RI.