Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Shanghai Siapkan 130.000 Tempat Tidur Covid-19, Xi Jinping Tetap Puji Penanganan Wabah China

Kompas.com - 09/04/2022, 13:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

 

BEIJING, KOMPAS.com - Presiden China Xi Jinping memuji strategi nol-Covid negara yang "teruji" pada Jumat (8/4/2022), bahkan ketika otoritas Shanghai menyiapkan hampir 130.000 tempat tidur untuk pasien Covid-19 di tengah melonjaknya kasus dan meningkatnya kemarahan publik.

Hingga Maret, China menjaga kasus tetap rendah dengan penguncian lokal, pengujian massal, dan pembatasan ketat pada perjalanan internasional.

Baca juga: Taiwan Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Tinggalkan Strategi Nol Covid

Tetapi negara itu telah melaporkan ribuan kasus harian dalam beberapa pekan terakhir, dengan pusat ekonomi dan pusat wabah Shanghai ditempatkan di bawah penguncian atas infeksi yang membengkak dari varian Omicron yang sangat menular.

Pada Jumat (8/4/2022), Otoritas Shanghai mengatakan 130.000 tempat tidur baru sudah siap atau sedang dibangun untuk penduduk positif Covid-19, di tempat-tempat darurat sementara hingga ruang pameran.

Kota itu melaporkan lebih dari 21.000 infeksi baru pada Jumat (8/4/2022), sebagian besar tidak menunjukkan gejala.

Namun Presiden Xi pada Jumat (8/4/2022) memuji tanggapan negara itu terhadap Covid, mengatakan penanganan “Negeri Tirai Bambu” terhadap Olimpiade Musim Dingin baru-baru ini menunjukkan bahwa kebijakan virusnya "sekali lagi bertahan dalam ujian."

"Beberapa atlet asing memberi tahu kami bahwa jika ada medali emas untuk penanggulangan epidemi, itu harus diberikan kepada China," kata Xi pada upacara untuk menghormati atlet Olimpiade di Beijing, sebagaimana dilansir AFP.

Baca juga: China Laporkan 20.472 Kasus Covid-19 dalam Sehari, Tertinggi sejak Pandemi Dimulai

Sekitar 25 juta penduduk Shanghai berada di bawah aturan lockdown Covid-19 secara bertahap minggu lalu. Tindakan ini memicu kepanikan pembelian dan pengujian massal.

Warga mulai kesal dengan pembatasan, dengan beberapa mengungkapkan perasaannya di media sosial, mengeluh kekurangan makanan dan mengungkapkan kemarahan atas pembunuhan hewan peliharaan corgi oleh petugas kesehatan.

Sementara itu, para pejabat melunakkan kebijakan pemisahan anak-anak positif Covid-19 dari orang tua mereka yang bebas virus, setelah aturan itu memicu kemarahan publik.

Tetapi Beijing tetap berpegang pada pendekatan tanpa toleransi dan bertekad untuk menekan wabah Shanghai. Sebanyak 38.000 pekerja medis dan 2.000 tentara dikirim dari seluruh negeri ke kota itu sebagai bala bantuan.

Surat kabar People's Daily yang dikelola pemerintah pada Jumat (8/4/2022) menyatakan bahwa strategi nol-Covid tetap menjadi "pilihan terbaik" untuk China, dengan alasan negara itu seharusnya "tidak pernah mati rasa, tidak pernah lelah berjuang, dan tidak pernah menjadi kendur."

Baca juga: 3 Tahun Covid-19, Asal-usul Corona Masih Penuh Tanda Tanya, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

China, negara tempat virus corona pertama kali dilaporkan terdeteksi di pusat kota Wuhan pada akhir 2019, adalah salah satu tempat terakhir yang tersisa di dunia yang masih menggunakan strategi nol-Covid terhadap pandemi.

Wabah telah mengambil dimensi ekonomi yang semakin serius, dengan output pabrik China jatuh ke level terendah dalam dua tahun pada Maret, menurut indeks independen yang dirilis oleh grup media China Caixin.

Para peneliti telah memperingatkan China dapat menderita "wabah kolosal" yang membanjiri sistem medisnya, jika tiba-tiba melonggarkan pembatasan.

Tetapi direktur regional Pasifik Barat WHO Takeshi Kasai pada Kamis (7/4/2022) memperingatkan bahwa "biaya manusia dan sosial dari penguncian cukup besar."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com