Dia berharap akan ada penjelasan dari pemerintah, tentang hasil Laboratorium Hepatitis A-E dan juga Adenovirus terkait dugaan kasus di Indonesia, selain juga hasil pemeriksaan virus-virus lainnya.
Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus di luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.
Baca juga: Adenovirus Diduga Jadi Penyebab Hepatitis Misterius pada Anak-anak di Sejumlah Negara
Najmah Usman, epidemiolog dari Universitas Sriwijaya mengatakan bahwa berdasarkan data dari WHO, hepatitis akut ini masih tergolong penyakit yang tidak diketahui etiologinya sehingga masih dalam penyelidikan.
"Dengan etiologi yang belum jelas, apakah ada kaitan dengan penularan dengan makanan, atau obat-obatan tertentu, apakah ada kaitan dengan vaksin Covid-10 atau toxic tertentu, ini sangat berbeda dengan hepatitis kronis yang sudah ada di Indonesia seperti hepatitis B dan C," ujarnya.
Oleh karena itu, dari temuan kasus yang sudah ada saat ini belum bisa langsung disimpulkan apakah penyakit ini akan menimbulkan kanker hati dan sebagainya.
Tapi hepatitis akut yang "misterius ini" memunculkan kemungkinan anak-anak yang mengidapnya mengalami gangguan hati sehingga diperlukan transplantasi hati.
"Untuk sementara penjelasan tentang kanker hati ini belum ditemukan. Namun berdasarkan investigasi epidemiologi yang ada, hepatitis akut ini rentan untuk anak-anak yang mengalami gangguan imunitas. Jadi sangat diwaspadai untuk anak-anak."
Baca juga: Wabah Hepatitis Akut Misterius pada Anak Menyebar ke Asia dan Kanada
Terkait informasi dari Kemenkes RI dan WHO soal kemungkinan ada penularan dari kontak langsung, menurut Najmah, kita disarankan kembali ke perilaku hidup bersih dan sehat.
"Cuci tangan, buang air besar pada jamban dan septic tank yang tertutup, lalu memperhatikan higienitas atau kebersihan di sekitar. Ini yang perlu diperhatikan."
Lalu pemerintah disarankan melakukan pemantauan secara aktif untuk jenis hepatitis yang terbaru ini.
"Karena ada kemungkinan banyak kasus yang tidak teridentifikasi di Indonesia, sehingga perlu kewaspadaan dini bagi kita orang tua.
Apalagi ini menjelang liburan sekolah ada interaksi yang sangat intens pada anak-anak dan menjelang masuk sekolah ini menjadi kewaspadaan dini, karena ada kemungkinan imunisasi yang sudah dilakukan oleh anak-anak mungkin tidak bisa menanggulangi hepatitis akut jenis misterius ini," ujarnya.
Baca juga: WHO: Kasus Hepatitis Akut pada Anak Melonjak di Eropa dan AS, Setidaknya Satu Meninggal
Marzuarita, pegiat dari Yayasan Komunitas Hepatitis Indonesia, berharap hepatitis akut bila sudah masuk Indonesia penularannya tidak sampai separah dengan tipe-tipe sebelumnya yang sudah ada di negeri ini, semisal B dan C.
Dia menyebutkan hepatitis B itu 100 kali lebih menular dari HIV, sedangkan Hepatitis C 10 kali lebih menular dari HIV.
Dia mengungkapkan data seperti itu yang seringkali menakutkan penderita dan itu yang bisa membuat mereka makin takut menjalani skrining, takut ketahuan.