Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin: Pembicaraan Damai dengan Ukraina Buntu, Barat Gagal

Kompas.com - 13/04/2022, 09:14 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

LONDON, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pembicaraan damai dengan Ukraina telah menemui jalan buntu dalam komentar publik pertamanya tentang konflik dalam lebih dari seminggu pada Selasa (12/4/2022).

Pemimpin Rusia berusia 69 tahuan itu pun bersumpah pasukannya akan menang di Ukraina dan memprovokasi Barat yang dinilai gagal menjatuhkan Moskwa.

Baca juga: Rangkuman Hari ke-48 Serangan Rusia ke Ukraina, Putin Pastikan Serangan Berlanjut, Pengungsi Mulai Kembali ke Ukraina

Menanggapi serangan Rusia ke Ukraina di depan umum untuk pertama kalinya sejak pasukannya mundur setelah mereka dihentikan di gerbang Kyiv, Putin berjanji bahwa Rusia akan mencapai semua tujuan "mulia" di Ukraina.

Dalam sinyal terkuat hingga saat ini bahwa perang akan berlangsung lebih lama, Putin mengatakan Kyiv telah menggagalkan pembicaraan damai. Yakni dengan “klaim palsu” atas kejahatan perang Rusia dan dengan menuntut jaminan keamanan untuk menutupi seluruh Ukraina.

"Kami kembali ke situasi buntu bagi kami," kata Putin, pemimpin tertinggi Rusia sejak 1999, dalam jumpa pers saat berkunjung ke Vostochny Cosmodrome 3.450 mil (5.550 km) timur Moskwa sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: Biden Tuduh Pasukan Putin Lakukan Genosida di Ukraina

“Sampai orang Ukraina terakhir”

Ditanya oleh pekerja badan antariksa Rusia apakah operasi di Ukraina akan mencapai tujuannya, Putin berkata: "Tentu saja. Saya tidak ragu sama sekali."

Rusia akan "secara berirama dan tenang" melanjutkan operasinya, tetapi kesimpulan strategis yang paling penting adalah bahwa tatanan internasional unipolar yang telah dibangun Amerika Serikat setelah Perang Dingin bubar, kata Putin.

Putin mengatakan Rusia tidak punya pilihan selain berperang karena harus membela penutur bahasa Rusia di Ukraina timur, dan mencegah bekas tetangga Sovietnya menjadi anti-Rusia, batu loncatan bagi musuh Moskwa.

Barat telah mengutuk perang itu sebagai perampasan tanah bergaya kekaisaran yang brutal, yang menargetkan negara berdaulat.

Ukraina mengatakan sedang berjuang untuk bertahan hidup setelah Putin mencaplok Krimea pada 2014, dan pada 21 Februari mengakui dua wilayah pemberontaknya sebagai negara berdaulat.

Baca juga: Kisah Keluarga Rusia Tampung Pengungsi Ukraina: Kenapa Harus Jadi Musuh?

Putin menyinggung sanksi Barat, yang telah mengarahkan Rusia ke resesi terburuk sejak tahun-tahun setelah jatuhnya Uni Soviet pada 1991, sebagai kegagalan.

"Blitzkrieg (serangan kilat) yang diperhitungkan musuh kita tidak berhasil," kata Putin.

"Amerika Serikat siap bertarung dengan Rusia sampai orang Ukraina terakhir - begitulah adanya."

Putin, yang muncul di berbagai televisi Rusia pada hari-hari awal perang, umumnya mundur dari pandangan publik sejak penarikan Rusia dari Ukraina utara dua minggu lalu.

Satu-satunya penampilan publiknya dalam seminggu terakhir adalah di pemakaman seorang anggota parlemen nasionalis, di mana dia tidak secara langsung berbicara tentang perang.

Pada Senin (11/4/2022) ia bertemu dengan kanselir Austria di sebuah kediaman pedesaan di luar Moskwa, tetapi tidak ada gambar dari pertemuan itu yang dirilis.

Baca juga: Tentara Rusia Perkosa Saya dan Bunuh Suamiku

“Bucha palsu”

Putin menolak klaim Ukraina dan Barat bahwa Rusia telah melakukan kejahatan perang dengan menyebutnya sebagai palsu.

Sejak pasukan Rusia menarik diri dari kota-kota dan desa-desa di sekitar ibukota Ukraina Kyiv, pasukan Ukraina telah menunjukkan kepada wartawan mayat-mayat yang mereka katakan adalah warga sipil yang dibunuh oleh pasukan Rusia, rumah-rumah yang hancur dan mobil-mobil yang terbakar.

Reuters dalam laporannya mengaku melihat mayat di kota Bucha, tetapi tidak dapat memverifikasi secara independen siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu.

Ukraina mengatakan Rusia bersalah atas genosida dan Presiden AS Joe Biden menuduh Putin melakukan kejahatan perang dan menyerukan pengadilan.

Putin menyinggung para pemimpin Barat tentang penghancuran oleh Amerika Serikat atas kota Raqqa di Suriah, bekas ibu kota de facto kekhalifahan ISIS, dan di Afghanistan.

"Pernahkah Anda melihat bagaimana kota Suriah diubah menjadi puing-puing oleh pesawat Amerika? Mayat tergeletak di reruntuhan selama berbulan-bulan membusuk," kata Putin.

Baca juga: Pentagon: Rusia Akan Fokus ke Donbass Lagi, Himpun Ulang Kekuatan

"Tidak ada yang peduli. Tidak ada yang memperhatikan."

“Tidak ada tanggapan ketika provokasi dilancarkan di Suriah, ketika mereka menggambarkan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Assad. Kemudian ternyata itu palsu. Ini adalah jenis palsu yang sama di Bucha.”

Organisasi Pelarangan Senjata Kimia telah menemukan bahwa gas beracun digunakan berulang kali di Suriah, termasuk di Ghouta, pinggiran kota Damaskus yang dikuasai oposisi.

Rusia telah keberatan dengan temuan yang melibatkan sekutunya Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Washington dan sekutunya membantah menargetkan warga sipil dalam serangan udara 2017 di Raqqa, sebuah kota Suriah yang telah menjadi markas besar militan ISIS, saat koalisi pimpinan AS sedang berperang.

Putin, yang mengatakan Ukraina dan Rusia pada dasarnya adalah satu orang, menyebut perang itu sebagai konfrontasi yang tak terhindarkan dengan Amerika Serikat, yang dia tuduh mengancam Rusia dengan ikut campur di halaman belakangnya.

Baca juga: Ukraina Hari Ini: Rusia Segera Luncurkan Serangan Besar di Timur

Enam puluh satu tahun sejak Yuri Gagarin dari Uni Soviet melejit ke dalam buku-buku sejarah dengan menjadi manusia pertama di luar angkasa, Putin membuat analogi antara keberhasilan luar angkasa Soviet dan pembangkangan Rusia hari ini.

"Sanksinya total, isolasinya lengkap, tetapi Uni Soviet masih yang pertama di luar angkasa," katanya.

"Kami tidak bermaksud untuk diisolasi," tambah Putin. "Mustahil untuk mengisolasi siapa pun di dunia modern - terutama negara yang sangat luas seperti Rusia."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Global
Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com