Kunjungan ini disebutnya akan membahas pula berbagai isu terkini, termasuk G20 dan upaya meredakan ketegangan Rusia-Ukraina.
"Pastinya Menteri Luar Negeri akan tetap melakukan upaya-upaya untuk mencoba meredakan ketegangan dan mencari solusi damai antara pihak-pihak terkait," papar Faizasyah.
Indonesia tahun ini memimpin G20, dan memilih untuk tidak memihak dalam konflik Ukraina-Rusia. Namun, tanpa kehadiran pemimpin negara Barat, dikhawatirkan pertemuan tersebut dianggap sulit menghasilkan solusi.
Baca juga: AS Kekeh Tolak Rusia di Forum G20, Sampai Ancam Tak Ikut Agenda di Indonesia
Para pengamat meminta agar pemerintah Indonesia melakukan lobi politik khusus untuk meyakinkan negara-negara Barat, terutama AS, agar menghadiri pertemuan itu.
Effendi Simbolon, mengapresiasi rencana kunjungan Menlu Retno ke sejumlah negara Eropa.
Tetapi menurutnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) seharusnya yang turun tangan langsung.
"Inilah waktunya, bapak sebagai presidensi G20 dan Presiden Indonesia, dan pemimpin kita Bung Karno pernah (melakukannya), ayo pak (Jokowi) berangkat."
"Itu otomatis dua negara itu akan melakukan gencatan senjata, minimal dua jam, apalagi kita ada kepentingan mensukseskan agenda G20 di Bali," tutur Effendi.
Baca juga: Muncul Dukungan agar Rusia Tak Dikeluarkan dari G20, Ini Alasannya
"Makanya saya bilang ke Ibu Menlu (Retno Marsudi), agar dirinya (selama ke Eropa) membuka jalan agenda menuju ke sana (kehadiran Presiden Jokowi demi upaya perdamaian dan kesuksesan G20)," jelas Effendi.
Menurutnya, invasi Rusia ke Ukraina sudah merupakan 'agenda' antar pemimpin dunia.
Lagipula, posisi Indonesia sebagai presidensi dan tuan rumah G20, menurutnya, seharusnya membuat Indonesia, setingkat presiden, lebih banyak mengambil peran belakangan ini.
"Kenapa kita berdiam diri? Saya tidak melihat ada peran kita. Dan Ibu Menlu bilang 'saya akan berkunjung ke sana (Eropa)', tapi saya bilang ini bukan level menteri," tutur Effendi.
"Bahkan level presiden belum tentu berhasil, tapi yang penting ikhtiar kita bisa menengahi konflik di sana," ujar Effendi.
Baca juga: Indonesia, G20, dan Rusia
Sebaliknya, pengamat hubungan internasional yang juga Guru Besar Universitas Pelita Harapan, Tangerang, Profesor Aleksius Jemadu, meragukan lobi-lobi yang dibangun pemerintah Indonesia akan membuahkan hasil.
"Kecil sekali kemungkinannya, kalau Putin hadir, dan negara-negara Barat bisa diajak untuk berkompromi (untuk hadir di G20)," kata Aleksius kepada BBC News Indonesia, Kamis.